31 || Diskriminasi Nilai

76.7K 14K 810
                                    

"Aduh, Dek

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"Aduh, Dek. Jangan liatin gue kayak gitu napa, malu nih gue."

"Goblok anying lo kan emang malu-maluin."

"Letoy bacot bener, ye."

"Bego."

"Ra, lo gapapa? Gila keringet lo."

Dara yang tengah susah payah melangkahkan kakinya menoleh, menatap Asep yang bertanya cemas padanya. Dengan senyuman dibalut rasa lelah, ia membalas, "Kita kan udah pernah kena lebih dari ini. Gapapa kok, Sep."

"Kalo capek bilang, kita gamau ada yang sampe pingsan di sini."

Dara memutar kedua bola mata dengan jengah mendengar perkataan ketus Dio. "Iya, tau kok."

"Eh bentar woi."

Mereka mendadak berhenti saat Alfa meminta. Semuanya menoleh ke arah cowok urak-urakan yang tengah menghadap ke dinding untuk memperbaiki posisi celananya.

"Ih, merah."

"Diem, Ardi goblok. Jangan umbar aset gue."

"Ardi matanya tajem, ya. Gini aja langsung gercep," cibir Ersya.

"Idih, letoy diem aja ye."

"Sialan."

"DARA TUTUP MATANYA DONG, MASA DILIAT."

Dara terkesiap dan langsung memejamkan mata, padahal ia tidak tahu kenapa dirinya melakukan hal ini. Ia hanya terkejut dan secara reflek melakukan apa yang disuruh oleh Andra.

"Astagfirullah Dara, berdosa."

"Anjir Dara udah liat aset orang."

"Gila lo, Ra."

"Udah berani ya, Ra."

Mendengar hal itu, Dara menggeleng panik dan membalas, "Enak aja! Enggak kok gue gak liat apa-apa!"

"Gak liat apa-apa kok panik?"

"Ih Revan, diem napa."

"MAMPUS."

"ADUH NENG DARA UDAH MULAI NACKAL."

"Nackal apaan bego?" tanya Farzan seraya menoyor kepala Ardi.

"Nakal, norak lo."

Merotasikan kedua bola mata, Farzan mencibir, "Ajege."

Dengan itu mereka melanjutkan hukuman. Melewati koridor dengan jalan jongkok lumayan sulit ternyata. Bagi Dara, ini sebenarnya sangat memalukan. Walaupun masih jam belajar, tetap saja beberapa orang berlalu-lalang di sepanjang koridor. Entah perasaannya saja atau bagaimana, ia merasa bahwa pandangan-pandangan itu lebih ditujukan padanya.

"Gila, Dara dihukum, ges."

"Kok bisa anjir padahal anaknya kalem."

"Pake topeng doang kali, caper."

utopia (segera terbit)Where stories live. Discover now