14 || Hukuman (1)

94.4K 15.9K 1.1K
                                    

"Udah paham, gak?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Udah paham, gak?"

"GAAAAK."

"Astaga, tolong."

"Kita kalo diajarin sekali mana mempan, otaknya pada dangkal semua," Ersya menyeletuk.

Dara duduk di meja guru. Tangan kirinya sudah memegang spidol dan tangan kanannya memegang buku. Papan tulis sudah penuh dengan coretan tangannya yang berbentuk angka-angka dan simbol-simbol Matematika.

"Jadi harus berapa kali?" tanya Dara pada akhirnya.

"Gak tau, seribu mungkin."

"Astaga." Dara memijat pangkal hidungnya. Padahal sudah nyaris satu jam ia berkoar-koar menjelaskan pelajaran mulai dari awal sampai akhir, tetapi hasilnya nihil. Otaknya kini memikirkan bagaimana supaya yang lainnya paham dengan pelajaran.

"Um, atau gue bikin aja les sama kalian?"

Sebelah alis Alfa terangkat. "Les?"

Dara mengangguk. "Biar kalian belajarnya gak di sekolah doang. Di rumah juga."

"Rumah bukan tempat untuk belajar. Rumah tempat untuk tidur, sedangkan sekolah tempat untuk belajar. Guru sendiri yang bilang kayak gitu," balas Revan tidak setuju.

"Tapi, kita udah mau ujian, ges. Kalo mau lulus ya belajar, masa' kita 'didorong' mulu?" Ersya angkat bicara.

"Iya, sih. Yaudahlah, toh juga gak tiap hari. Ini demi kebaikan kita, kita harus lulus dengan nilai murni," sambut Asep.

"Ho'oh, apalagi yang ngajarin jodoh gue."

"Lihatlah dia ngehalu lagi, guys."

"Kasian, masih muda udah gila karena halu."

"Iyain aja biar fast."

"Apa, sih, yang tengah dikumandangkan manusia tolol ini?"

"Lihatlah para setan sirik sama manusia suci ini," sindir Andra.

"Udah, diem!" Dara melirik ke arah jam dinding. Lima belas menit lagi pergantian jam pelajaran. Sedangkan yang lain masih belum mengerjakan apa-apa. Dara membereskan buku-bukunya yang berserakan di meja guru.

"Lima belas menit lagi jam Bahasa Indonesia, jadi gimana? Tugas belum ada yang kelar," ucap Dio membuat yang lain mengangguk setuju.

Dara mengembuskan napas pelan. Ia tidak tega melihat teman-temannya tidak ada nilai dan dihukum oleh Pak Rizky. Ia tidak mau merasa egois.

Tapi di satu sisi, Dara juga tidak mau memberi jawaban secara cuma-cuma. Bukannya apa, ia hanya takut mereka akan keenakan dan keterusan. Niat Dara adalah menghentikan kebiasaan buruk itu. Mereka tidak akan mau berusaha karena menganggap sudah ada kunci jawaban di sekitar mereka.

Jadi gue harus gimana dong?

"Gimana, Ra? Lo mau kasih jawaban sama kita?" tanya Revan tak sabaran.

utopia (segera terbit)Where stories live. Discover now