23. Serangan Tak Terduga

24K 1.7K 11
                                    


23. SERANGAN TAK TERDUGA

      Dalam kelas Tara melamun, buku yang ada didepannya kini penuh dengan coretan abstrak. Tara tidak bisa fokus belajar, meskipun Bu Sinta kini sedang menjelaskan materi. Fokusnya terpecah kepada kejadian hari ini. Jujur baru pertama kali Tara melihat Alta marah, ternyata begitu mengerikan. Namun, terlepas dari itu semua, Tara lebih penasaran tentang seseorang yang sedang menyelidikinya. 

         Orang yang menelpon Tara dikantin tadi adalah salah satu anak buahnya. Tara bukanlah gadis biasa, ia memiliki rahasia besar yang tidak boleh diketahui orang lain. Walaupun anak buahnya berhasil memblokir informasi tentang dirinya tapi tetap saja Tara penasaran. 

Tara menopang tangan diatas dagu. "Apa mungkin Alta menyelidiki tentang gue? Tapi kenapa? Apa jangan-jangan dia curiga sama gue?" berbagai pertanyaan muncul dalam benak Tara. Hatinya gusar, bagaimana jika benar Alta yang menyelidikinya. Astaga! Bahaya. 

"Nggak! Gue nggak boleh biarin ini terjadi. Alta nggak boleh tau tentang gue!"

"Siapapun nggak boleh ada yang tau tentang identitas gue. Kalau mereka tau, semuanya akan kacau." Tara berpikir keras, rasa khawatir menyergap dadanya. Hal ini tidak bisa disepelekan begitu saja. 

Kringg kring! 

   Bel pulang berbunyi, jam pelajaran telah berakhir. Semua siswa/i memasukkan barang-barang mereka ke dalam tas. 

"Baiklah anak-anak, pelajaran kita sampai disini saja. Nanti kita lanjutkan pertemuan selanjutnya. Kalian boleh pulang." Ucap Bu Sinta pamit undur diri. 

"Iya bu." Balas mereka serentak dan setelahnya Bu Sinta keluar dari kelas. 

"Yuk ra." Ajak Dina memasang tas ke pundaknya. 

Tara tersentak kaget "Mau kemana Din?" tanya Tara baru sadar dari lamunannya. 

"Ya mau pulang lah Ra. Kan udah waktunya pulang." Dina menepuk jidatnya. "Astaga, jangan bilang kalau lo nggak denger bunyi bel?" tebak Dina.

"Hehehe iya Din." Balas Tara cengengesan. 

"Ya ampun ra, lo kenapa? Ada masalah?"

"Nggak kok. Lo kalau mau pulang, duluan aja Din."

"Yakin?"

"Iya, udah sana. Taksi lo pasti udah nunggu."

"Ya udah, gue duluan ya ra."

"Iya hati-hati ya Din." Tara melambaikan tangannya, salam perpisahan dengan Dina. 

       Tara menghela nafas sambil bersadar di kursi. Terlalu banyak yang dia pikirkan sampai-sampai Tara baru tersadar cuman dirinya yang ada dikelas. Murid yang lain sudah banyak yang pulang. 

Drttttt drttttt

   Ponsel Tara bergetar ada pesan masuk. Begitu dilihat ternyata dari Alta.

ALTA

Lo dimana? Kok belum keluar?” 

TARA

ALTARA [END]Where stories live. Discover now