33. Penyesalan

27.3K 1.5K 21
                                    


33. PENYESALAN

"Kemarahan adalah awal datangnya sebuah penyesalan." ALTARA.

      Setelah pulang sekolah Alta memutuskan pergi ke rumah sakit untuk melihat keadaan ibunya. Alta duduk sambil menggengam tangan ibunya dengan erat. Ia sungguh tidak tega melihat ibunya yang harus dirawat dirumah sakit karena penyakit jantung kronis. Andini harus menjalani perawatan intensif karena jantungnya yang sering sakit. Maka dari itu pihak rumah sakit menyarankan agar Andini dirawat dirumah sakit saja.

     Semua ini berawal dari rusaknya rumah tangga kedua orang tua Alta. Papa Alta ketahuan berselingkuh dengan mantan pacarnya dulu. Andini dan Bram Wijaya menikah bukan karena saling mencintai tetapi karena perjodohan dari kedua orang tua mereka. Bram sendiri saat itu sudah memiliki kekasih yang bernama Tiara. Namun, karena paksaan dari orang tua Bram akhirnya menikah dengan Andini.   

       Pernikahan itu awalnya penuh kebahagian tetapi karena kedatangan mantan kekasih Bram semuanya jadi hancur. Bram sering pulang larut malam hingga akhirnya mereka tercyduk tidur bersama di hotel. Andini sangat marah hingga penyakit jantungnya kumat dan berakhirlah sekarang dia dirumah sakit.

"Mah." Panggil Alta.

"Iya sayang, kenapa?"

"Apa papa tadi kesini?"

    Andini terkejut mendengar pertanyaan Alta. Bagaimana Alta bisa tahu kalau Bram tadi memang datang menjenguknya.

"Gak kok sayang. Papa kamu kan sibuk, mana sempat dia datang ke sini." Andini terpaksa berbohong karena ia tahu Alta sangat membenci papanya.

"Jangan bohong mah!" sentak Alta dingin.

"Mama gak bohong kok Al."

Alta tersenyum masam. "Mau sampai kapan mamah bohongin aku? Aku tahu mah, papa sering datang ke sini sama wanita jalang itu. Iya kan?" bentak Alta meninggikan suaranya.

Andini terdiam. "Mamah gak perlu ngelindungi pria berengsek itu!" Cibir Alta.

"Al, dia itu papa kamu. Jangan ngomong kasar begitu sayang."

"Heh, papa? Apa dia pantas dipanggil papa? Menurut aku gak sama sekali. Kalaupun dia papa aku. Harusnya dia disini jagain mama bukan sama wanita jalang itu!" Ucap Alta marah.

"Cukup Al! Kamu gak berhak menghina papa kamu. Dia orang tua kamu dan kamu harus menghargainya Al!" sarkas Andini tidak suka.

"Hargai? Dia aja gak ngehargai mama sebagai istrinya, terus buat apa aku menghargai dia sebagai orang tua aku?! Dia gak pantes dipanggil papa!"

"Al, jangan begini sayang. Mama gak mau kamu benci sama papa kamu. Dia juga orang tua kamu Al."

"Aku capek mah, dia aja kesini sama wanita jalang itu. Buat apa? Buat menertawakan keadaan mamah yang lemah begini. Harusnya mama sadar akan hal itu!" bentak Alta kesal.

    Andini memegangi dadanya yang terasa sesak. Jantungnya terasa sangat sakit, seperti ditusuk belati tajam. Nafasnya pun tidak teratur, tubuhnya juga mulai kejang-kejang.

"Mah, mama kenapa?" Alta panik melihat ibunya yang kesakitan.

"J-jantung mama sakit Al." ucap Andini terbata-bata.

ALTARA [END]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt