6. Memaafkan

36.4K 2.5K 34
                                    


6. MEMAAFKAN!

    Ceklek!

    Mendengar pintu dibuka sontak saja pria tua itu menoleh kearah pintu. Tara berdiri mematung dengan ekspresi terkejut saat melihat pria yang tengah duduk dikursi dengan kaki menyilang.

"Daddy." Lirihnya pelan.

     Ya pria yang tengah duduk dikursi dengan balutan jas mahal itu adalah ayah kandung Tara yang bernama Leonardo Pratama. Seorang pengusaha sukses yang memiliki berbagai macam cabang perusahaan, entah dari dalam maupun luar negeri. Selain itu, Leon juga merupakan bos mafia terbesar yang tidak banyak orang tahu bahkan Tara sendiri juga tidak tahu kalau ayahnya seorang bos mafia.

"Hai Tara, akhirnya kamu pulang baby." Ucap Leon berdiri menyambut kedatangan Tara dengan senyuman.

"Kemari Tara." Pinta Leon.

     Namun, sayangnya Tara sama sekali tidak bergeming dari tempatnya. Ia masih terdiam kaku dalam posisinya. Kakinya terasa sulit untuk bergerak, melihat pria itu hati Tara berdenyut sakit. Ya, Tara masih tidak menyangka Leon datang mengunjunginya.

Sudah sejak lama Leon tidak pernah pulang, jangankan untuk pulang menanyakan kabarnya saja Leon tidak pernah. Tapi mengapa sekarang tidak ada angin, tidak ada hujan pria itu malah pulang tanpa diminta.

  Sejak kecil Tara kurang mendapatkan kasih sayang dari orang tuannya. Mommynya juga meninggal saat usianya masih balita. Hanya Leon orang tuanya yang tersisa tapi sayangnya Leon tidak pernah memberikan kasih sayang kepada Tara. Pria itu selalu sibuk dengan pekerjaannya tanpa mempedulikan Tara.

"Tara, kenapa diam saja. Ayo ke sini sayang." Pinta Leon melangkahkan kakinya mendekati Tara.

"Jangan mendekat!" Sentak Tara refleks mundur ke belakang saat Leon ingin mendekatinya.

Kedua alis Leon bertautan heran "Why, Tara?" tanyanya.

"Untuk apa anda pulang? Bukankah pekerjaan anda lebih menyenangkan daripada harus mengurus anak seperti saya!" bentak Tara.

Leon terdiam. Tara melanjutkan perkataannya. "Sebaiknya anda kembali ke tempat anda dan jangan pernah temui saya lagi! Seperti biasa, anda lebih mementingkan pekerjaan ketimbang saya. Ya, dan saya sudah terbiasa akan hal itu." Ujar Tara tersenyum masam.

"Kenapa kamu ngomong gitu, Tara? Apa kamu tidak senang Dad pulang?" Tanya Leon menatap sendu putrinya.

Tara tersenyum kecut "Senang? Untuk apa saya senang? Toh anda pulang hanya sesaat lalu pergi lagi, seperti saya ini bukan anak anda. Oh, atau mungkin saya memang bukan anak anda?" cibir Tara getir.

"Stop! JANGAN NGOMONG GITU! Kamu anak Dad Tara!" Bentaknya tidak suka mendengar perkataan Tara.

"Anak? Really? Tapi kenapa aku merasa bukan anak Daddy!" sarkas Tara membentak.

"Tara, Dad bekerja untuk kamu sayang." Ucapnya.

"Tapi aku nggak butuh uang Dad. Aku cuman mau kasih sayang dari Daddy. Aku iri sama semua temen-temen aku diluar sana, mereka dengan bahagianya menceritakan tentang ayahnya yang memanjakan anaknya tapi aku apa? Aku cuman bisa diam, karena faktanya aku nggak pernah dapat kasih sayang dari Daddy. WHY DAD? Apa aku punya salah? Kenapa Daddy nggak pernah perhatian sama aku?!" Teriak Tara dengan derai air mata.

       Air mata yang ditahannya selama ini akhirnya runtuh juga. Tara menangis sejadi-jadinya untuk meluapkan segala isi hati yang tertahan. Hatinya sudah tidak sanggup menahan sakit dan kecewa karena sikap dingin Leon padanya.

      Tara tidak mengingingkan harta yang bergelimpangan, baginya itu tidak ada artinya tanpa adanya kasih sayang orang tua. Apa salahnya? Tara juga seorang anak yang ingin diperhatikan orang tuanya tapi apa? Sayangnya Leon tidak pernah memberikan itu padanya.

ALTARA [END]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu