29. Obsesi

24.8K 1.6K 38
                                    


29. OBSESI

Salvina keluar dari kafe tersebut dalam keadaan marah. Dara dan Aurel hanya bisa mengikuti salvina dari belakang, karena mereka tau saat salvina marah ia tidak akan mendengarkan perkataan siapapun jadi mereka berdua hanya bisa diam tanpa berkomentar apapun.

Benar saja, Salvina melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Banyak orang membunyikan klakson marah. Namun, Salvina tidak peduli. Matanya menggelap marah. Perkataan Daffa tadi masih terngiang-ngiang di kepalanya. Apakah salah jika dirinya mengharapkan Alta jadi miliknya?

"Arghhhhh brengsek." Umpatnya memukul stir dengan perasaan marah. Ia kesal mengingat jika Alta sedang kencan bersama Tara. Kenapa harus Tara? mengapa tidak dirinya saja?

Mobil Salvina berhenti tepat didepan rumah besar yang megah. Ia keluar dan membanting pintu mobil dengan keras. Salvina masuk tanpa mengucap salam dan menutup pintu kamarnya dengan keras.

"ARGHHHHHHH GUE BENCI KALIAN SEMUA! NGGAK ADA YANG BISA NGERTIIN GUE!" Teriaknya membanting semua barang-barang yang ada didekatnya hingga pecah belah. Salvina melampiaskan kemarahannya, hatinya hancur dan remuk. Tanpa sengaja dia memecahkan bingkai foto Alta.

Salvina berjalan dan mengambilnya kembali. Ia menatap lekat foto Alta, sesak, sakit dan kecewa bercamur jadi satu mengoyak hatinya.

"Kenapa? Kenapa kamu gak pernah liat aku, Al? Apa masih kurang perjuangan aku buat dapetin hati kamu? Kenapa rasanya sulit buat kamu liat aku? Aku cinta sama kamu Al! Tapi kenapa malah Tara yang kamu pilih? kenapa bukan aku hah?!" gumam Salvina terduduk lemah dilantai. Ia menangis sejadi-jadinya dalam kamar.

Bertahun-tahun Salvina mengejar cinta Alta tapi yang didapatnya hanyalah penolakan. Alta tidak pernah menganggap kehadirannya meskipun begitu Salvina tetap keukeh mengejarnya. Menurunya suatu saat nanti Alta akan luluh tapi apa? Alta malah pacaran dengan Tara. Gadis yang baru saja masuk dalam hidup Alta dan mengacaukan semua rencana Salvina.

Hati Salvina begitu hancur dan remuk. Ia terus saja membanting semua barang-barang yang ada didekatnya. Salvina terduduk di lantai dekat kasurnya. Ia menenggelamkan wajahnya di kedua kakinya sambil terisak-isak memeluk foto Alta.

Sementara Aurel dan Dara yang baru saja sampai langsung bergegas masuk. Dara membuka sedikit pintu kamar Salvina. Saat terbuka mereka berdua terkejut saat melihat kedalam kamarnya Salvina karena begitu banyak barang yang rusak dan hancur terpecah belah, ditambah mereka melihat keadaan Salvina yang sedang tertunduk menangis. Dara dan Aurel pun langsung masuk tanpa minta izin terlebih dahulu. Mereka mencoba mendekati Salvina.

"Sal, are you okay?" Tanya Dara terlihat khawatir kepada Salvina

Tidak ada jawaban dari Salvina. Hanya isak tangis yang terdengar. Dara mencoba memegang pundak Salvina. Ia jadi sedih melihat kondisi sahabatnya yang seperti ini.

"Sal." Panggilnya. Salvina terhenyak merasakan ada yang menyentuh pundaknya. Ia pun mendongak.

"Kenapa kalian ada disini?" Tanyanya dengan suara yang serak.

"Kita khawatir sama kondisi lo Sal. Jadi kita ngikutin lo deh." sahut Aurel.

Salvina berdiri dan tiba-tiba tertawa aneh. Namun, gelak tawanya kali ini terdengar menyeramkan. Dara dan Aurel saling pandang bingung. Apa yang terjadi dengan Salvina? Pikir keduanya

"Sal, lo kenapa? Lo baik-baik aja kan?" Tanya Aurel khawatir dan mencoba mendekati sahabatnya itu. Namun, Salvina malah menepis tangan Aurel dengan kasar.

"Nggak usah sok care. Gue tau kalian berdua pasti bahagia kan liat gue menderita? Iya kan?!" Rancau Salvina membuat Dara dan Aurel bingung.

"Lo ngomong apaan sih, Sal? Jangan aneh-aneh deh." Ujar Dara.

ALTARA [END]Where stories live. Discover now