36. Saling Berjanji

20.8K 1.5K 48
                                    

36. SALING BERJANJI

       Tatapan mata Tara teralihkan pada tangan Alta yang di perban. Ia meraihnya pelan dan kemudian mencium nya. Alta tampak terkejut dengan apa yang dilakukan gadisnya itu.

"Al, aku mau kamu janji sama aku."

"Janji apa?" Tanya Alta dengan kedua alis berkerut.

"Jangan pernah menyakiti diri sendiri. Aku tau tangan kamu ini bukan kena air panas kan? Pasti kemarin kamu nyalahin diri sendiri dan akhirnya mukul tembok? Iya kan?"

"Nggak sayang. Aku...." Belum sempat Alta berucap Tara langsung memotong nya.

"Jangan bohong, Al!"

"D-dari mana kamu tau?"

Tara tersenyum tipis. Ia membenarkan posisi duduknya. "Dulu aku juga pernah di posisi kamu.  Persis kayak kamu sekarang, Al. Menyalahkan diri sendiri atas apa yang terjadi. Aku tau situasi yang kayak ini emang rentan membuat mental kita down dan lebih parahnya depresi tapi aku harap kamu nggak ngelakuin hal yang lebih nekat lagi."

Tara menghapus air matanya. "So, aku minta sama kamu kalau ada masalah cerita sama aku. Jangan di pendam sendiri apalagi sampe nyakitin diri sendiri."

"Iya."

"Janji ya, Al?"

"Iya, i'm promise." Tara tersenyum dan kemudian mengaitkan jari kelingkingnya dengan Alta.

"Awas aja kalau kamu sampe nyakitin diri sendiri lagi! Aku bakalan marah!"

"Iya sayang."

Dokter keluar dari ruang rawat Andini. Sontak saja Alta dan Tara berdiri menghampiri dokter tersebut dan menanyakan kondisi ibunya.

"Dok, gimana keadaan mama saya?" Tanya Alta cemas.

"Tidak perlu khawatir. Keadaan Ibu Andini sudah normal kembali. Dia sudah tidak kejang-kejang lagi. Namun, bu Andini masih belum sadar dari masa kritisnya." jawab Dokter tersebut.

Alta yang mendengar hal menjadi kecewa, karena Andini belum sadar dari komanya. Padahal dirinya ingin sekali berbicara dengan mamanya namun takdir berkata lain.

"Makasih, dok. Tapi apa ada kemungkinan kalau mama saya bisa sadar kembali?" Tanya Alta penuh harap.

"Soal itu saya tidak tahu pasti. Kalau takdir berkata ibu Andini bisa sadar kembali, maka itu mungkin saja terjadi sebab hanya Tuhan yang tahu hal itu. Namun, saya berharap ada keajaiban untuk Bu Andini, tetaplah terus berdoa." jawab Dokter tersebut.

Alta terdiam dan termenung. Hatinya terasa sakit mendengar kondisi ibunya.

"Kalau begitu saya permisi dulu." pamitnya berlalu pergi.

Kaki Alta terasa lemas untuk berdiri. Hampir saja dia terjatuh kalau Tara tidak menahannya. Gadis itu memapah Alta agar duduk di kursi. Ia juga mengusap punggung belakang Alta mencoba menguatkan nya. Tara benar-benar tidak tega melihat Alta tidak bersemangat seperti ini.

"Al, Kamu harus yakin mama kamu pasti bisa sadar kembali. Dia pasti bisa melewati masa kritisnya. Kamu harus yakin dan percaya bahwa takdir baik itu ada." Ujar Tara menyemangati Alta.

"Aku harap juga gitu." balasnya lemah.

Hening, tidak ada pembicaraan apapun. Alta menyandarkan kepalanya di pundak Tara. Hari sudah larut malam.

ALTARA [END]Where stories live. Discover now