CERPEN : CITRA

28.4K 900 20
                                    

Part 1
_______

Citra membasuh mulutnya kemudian menegakkan punggung. Mulai mengatur nafasnya yang tersengal. Kedua kakinya terasa lemas sehingga ia tidak berani untuk berdiri, takut jika nantinya ia jatuh. Alhasil ia duduk bersimpuh di depan kloset yang terbuka tersebut.

Melamun, hingga tersentak saat seseorang masuk ke kamar mandi. Menoleh menatap Arga yang baru bangun tidur.

Seperti biasa menatapnya tajam membuatnya segera memalingkan wajahnya.

"Minggir lo. Gue mau buang air!" desis Arga datar membuat Citra segera berdiri, meski merasa lemas. Hingga hampir saja terjatuh, kalau saja tidak ada Arga yang memegang lengannya. "Nyusahin aja lo. Berdiri aja gak bener!"

Citra hanya diam, meski Arga berkata sinis padanya, ia tetap berterima kasih. Lalu keluar dari kamar mandi seraya memegang dinding sebagai tumpuan.

Memilih duduk di tepi ranjang seraya menatap lurus jendela yang masih tertutup gorden.

Ia pikir setelah keputusannya ini semua akan baik-baik saja, tapi malah semakin memperburuk keadaan.

Menyeret Arga yang sama sekali tidak bersalah. Membuat pria itu dicap bajingan oleh orang tuanya dan orang tua Arga. Juga membuat hubungan Arga dengan kekasihnya kandas.

Entah apa yang dipikirkan Citra saat itu ...

Langsung menyebut nama Arga saat Papi mendesak dirinya untuk mengaku siapa yang menghamilinya. Situasi yang tidak memungkinkan membuat Citra asal jawab saja. Namun, jawaban asalnya malah membuatnya semakin rumit.

Arga, sosok yang melarangnya keras untuk menggugurkan kandungannya.
Arga, sosok yang membuatnya tenang saat ia merasa nyaris kehilangan kewarasan karena kehamilannya.

Tapi, sejak ia menjadikan pria itu kambing hitam, tidak ada lagi Arga yang lemah lembut dan sering membuatnya kesal. Arga kini seakan bukan Arga yang ia kenal. Berubah menjadi kasar dan tidak berperasaan.

Masih segar dalam ingatan Citra, tentang malam usai acara resepsi pernikahan mereka. Arga yang mengasarinya, membuatnya benar-benar seperti pelacur ....

Jika mengingat malam menyedihkan itu, Citra selalu menangis. Bahkan hampir setiap harinya menangis.

"Walaupun lo nangis darah, gak bakal ngerubah segalanya!" Citra tersentak, ia menyeka air matanya lalu menoleh menatap Arga yang tatapannya datar tertuju padanya. "Lo gak usah pasang ekspresi lemah lo yang palsu itu!"

Lalu pria itu berlalu ke arah pintu.

Sebelum Arga keluar, Citra berdiri menghadap ke arah pria itu. "Aku tau aku salah, tapi apa harus kamu setiap hari hina aku, Ga?"

Pria itu tidak bergerak, tetap mengarah ke arah pintu yang tertutup. Mendengarkan apa yang ia katakan.

"Kamu ...."

"Lo bikin hidup gue hancur, sialan!!" Citra tersentak refleks mundur saat Arga menoleh ke arahnya dan berteriak. Kedua tangan Arga terkepal kuat menatap tajam Citra. Menahan diri agar tidak memukul wanita itu. "Setelah apa yang lo perbuat, lo mau ngelarang gue?! Emang lo siapa?! Hah?!"

Citra menggumam meminta maaf pada Arga. Ia tadi hanya mengungkapkan apa yang ia pendam selama beberapa minggu ini setelah resmi menikah dengan Arga. Sikap Arga yang kasar dan selalu menghinanya membuatnya sangat sakit hati. Ia tau semua ini salahnya, tapi bisakah Arga tidak mengeluarkan kata-kata kasar padanya?

Karena saat ini ia sangat sensitif ...
Mungkin karena efek kehamilannya.

"Gak usah minta maaf lo! Gak guna!" Setelah mengatakan itu Arga keluar. Tidak lupa membanting pintu. Citra masih berdiri kaku di tempatnya. Menunduk hingga air matanya yang mengalir, setetes demi setetes jatuh mengenai kakinya.

CERPENWhere stories live. Discover now