CERPEN : ODIT

12.5K 775 53
                                    

Part 10
______

Janneta menghela nafas pelan, mengulum bibir untuk menahan senyuman. Ia merapikan rambutnya yang tergerai. Menyelipkam helai rambutnya ke belakang daun telinga kiri. Saat pintu private room di sebuah restoran tersebut terbuka, tatapannya langsung mengarah kesana.

Senyumnya pudar, keningnya mengkerut menemukan Odit yang berdiri di sana. Lalu wanita itu masuk. Kemudian duduk di hadapannya.

"Kayaknya lo salah masuk ruangan?" ujar Janneta masih diliputi rasa terkejut. Akram mengajaknya untuk makan di sini, kenapa dihadapannya saat ini adalah Odit?

"Enggak kok." Odit mengulas senyum tipis kemudian menoleh ke arah pramusaji yang membawa buku menu untuk mereka. "Ini benar kan ruangan reservasi atas nama Akram Hafizhan?"

"Iya Bu," jawab pramusaji tersebut seraya mengangguk. Odit kembali menatap Janneta yang terlihat syok kemudian mengulas senyum tipis lagi. Menyebut pesanannya, dengan gestur santai. Ia menegur Janneta yang hanya diam.

"Jane, lo gak mau pesen sesuatu?"

Janneta tidak menjawab, ia berdiri, berniat pergi dari sana.

"Jane, jangan bersikap seakan lo pelakor yang bakal dilabrak dong." Odit mengucapkan dengan nada gurauan, pramusaji yang mendengar itu mengulum bibir seakan menahan tawa. Janneta merasa dipermalukan, tapi jika ia keluar dari sini tentu saja ia semakin malu. Jadi ia kembali duduk kemudian menyebutkan pesanannya. Pramusaji keluar dari sana meninggalkan Janneta dan Odit.

"Apa lo pake hapenya Akram buat ngirim chat ke gue?" tanya Janneta tajam. Odit mengangguk dan tersenyum membuat Janneta menggeram kesal. Tidak menyangka jika akan dipermainkan seperti ini. "Kok lo masih berhubungan dengan Akram?"

"Kayaknya lo gak perlu tau deh Jane. Bukan urusan lo."

"Terus kenapa lo nyuruh gue ke sini?!" ujar Janneta sinis. Odit bersidekap seraya bersandar di kursi. Ia menatap Janneta dengan lekat seraya tersenyum manis.

"Dan kenapa lo ngirimin gue chat ini?" Odit memperlihatkan chat yang dikirim Janneta saat itu.

"Biar lo jauhin Akram!"

Odit mengangguk pelan. "Terima kasih karena sudah mengingatkan gue, biar gue gak jatuh ke lubang yang sama." Odit mencondongkan tubuhnya, kini tatapannya berubah dingin. "Tapi gue gak butuh!"

Janneta mendengus sinis. "Sekali gatel tetep gatel, ya?"

"Lo nyebut diri lo?!" balas Odit tak kalah sinis. Janneta hendak meraih rambutnya, tapi ia dengan sigap menepis tangan Janneta. "Harusnya lo sadar diri Jane, lo yang harus jauhin Akram!"

Kedua tangan Janneta terkepal kuat, rasanya sangat ingin menjambak atau mencakar wajah Odit yang sok cantik itu. "Lo ngerebut Akram dari gue!" Senyum sinis Janneta terbit saat melihat ekspresi Odit yang berubah. "Lo ngegoda Akram ..."

"Gue gak pernah ngoda Akram biar dia tidur sama gue sampai gue hamil! Gak pernah!"

"Gak usah bohong lo!" bentak Janneta.

Kedua wanita itu terlihat begitu emosional. Menatap satu sama lain.

"Lo pikir gue mau seperti itu. Hamil di luar nikah. Terus nikah di usia muda. Gak lanjutin pendidikan gue karena gue sadar posisi gue sebagai seorang ibu juga mau jadi istri yang baik! Gue yang gak tau apa-apa tiba-tiba ngerasain hal yang gak pernah gue bayangin!" Odit menghela nafas pelan, membuang pandangannya sejenak kemudian kembali menatap Janneta. "Gue bersyukur punya Nini, anak gue. Tapi kalau gue dikasih pilihan, gue gak mau secepat ini. Gue mau nikmatin masa muda gue. Ngerasain gimana masa kuliah. Nongkrong sama temen-temen gue sampai lupa pulang. Gue mau rasain itu ..." suara Odit bergetar pelan karena menahan tangis, pun matanya mulai memerah.

CERPENWhere stories live. Discover now