CERPEN : AURORA

4.1K 452 13
                                    

Part 3
_____

Dengan mengendap-endap, Aurora keluar dari kamar. Memeluk erat selimut. Tatapannya jatuh ke arah Ardan yang tidur di luar. Tidur di atas ranjang yang sudah didorong mendekat ke arah tembok. Pun kursi yang ada di ruang tamu itu juga telah disusun rapi hingga jaraknya begitu dekat dengan TV.

Ardan tidur miring, dengan posisi menghadap ke arah dinding. Aurora pun melanjutkan langkahnya dengan pelan. Lalu melebarkan selimut saat berada di dekat Ardan. Menyelimuti badan Ardan tanpa membuat Ardan bangun.

Bibirnya mencebik sedih. Pun merasa bersalah karena membuat Ardan marah. Bahkan tidak menemaninya tidur di kamar. Meski Aurora belum tidur karen tadi berdiam diri di kamar.

Aurora memutar tubuhnya, hendak kembali melangkah menuju ke kamar, tapi mengurungkan niatnya. Ia pun naik ke ranjang tersebut. Masuk ke selimut yang sama dengan Ardan. Kemudian memeluk Ardan dari belakang.

Merasakan tubuh Ardan tersentak, ia semakin mengeratkan pelukannya dan menyembunyikan wajahnya di punggung Ardan.

"Ra ..." Suara Ardan terdengar serak, kepalanya menoleh ke belakang. Meski pencahayaan hanya berasal dari lampu teras, ia bisa tau jika yang memeluknya saat ini adalah Aurora. Mencoba melepaskan pelukan Aurora, tapi istrinya itu semakin mengeratkan pelukannya.

"Ardan jangan lepas." Terdengar suara Aurora yang merengek, teredam dibalik punggungnya.

"Aku cuma mau mutar badanku, lepasin dulu." Aurora tidak melepas pelukannya, tapi mengendurkan pelukannya. Ardan pun memutar tubuhnya kemudian menunduk untuk menatap wajah Aurora. Karena Aurora enggan menatap wajahnya, ia pun menangkup wajah Aurora. Sembab.

Ardan menghela nafas pelan. "Kamu abis nangis?"

"En-enggak kok." Aurora menjawab dengan nada pelan. "Aku minta maaf bikin Ardan marah. Ardan jangan marah lagi, ya?"

"Udah gak marah kok. Tapi, kalau kamu mau beli sesuatu atau lakuin sesuatu minta ijin ke aku dulu, ya?" ujar Ardan lembut seraya mengusap pipi Aurora yang terasa dingin.

Aurora langsung mengangguk, kemudian menelusupkan wajahnya di dada Ardan. Kembali memeluk erat Ardan.

"Kita tidur di kamar aja," bisik Ardan kemudian duduk.

"Aku mau gendong," ujar Aurora manja seraya merentangkan tangannya. Seperti anak kecil yang minta digendong.

Ardan pun menggendong Aurora. Mereka kembali masuk ke kamar. Tidur saling berpelukan dalam satu selimut.

Aurora sedikit meregangkan pelukan, menatap Ardan yang juga belum menutup matanya. "Ardan beneran udah gak marah, kan?"

"Iya Sayang. Kalau marah gak bakal kupeluk kayak gini." Ardan tersenyum geli melihat Aurora yang menyengir.

Aurora pun menelungsupkan kepala di dada Ardan, kembali memeluk erat suaminya.

"Jadi, kamu mau gantiin uangnya Erik?" Aurora mengangguk setelah mendengar pertanyaan Ardan. "Banyak, ya?" Suara Ardan seperti bergumam, tapi Aurora tetap menyahut.

"Iya. Isi tabunganku banyak kok. Besok, aku ketemu Mami, terus nyuruh Mami biar Papi gak blokir kartuku lagi. Kalau Papi gak mau, aku bisa minta di Abang," ujar Aurora.

"Gimana kalau aku aja yang bayar? Cicil ke Erik, ya?"

Aurora kembali memundurkan kepala, ia membalas tatapan Ardan. Kemudian menggeleng. "Biar aku aja. Ardan gak usah pikirin."

Ardan menghela nafas pelan, ia menatap lamat Aurora. "Maafin aku ya."

"Kok Ardan minta maaf?"

"Gak bisa beliin kamu ranjang, lemari bahkan AC." Ardan mengubah posisi tidurnya menjadi terlentang. Tatapannya tertuju ke langit-langit kamar.

CERPENWhere stories live. Discover now