CERPEN : ODIT

6.2K 711 25
                                    

Part 4
_____

Usai menjemput Zidny dari rumah Odit, Akram membawa putrinya itu berjalan-jalan. Tidak lupa membeli mainan baru untuk Zidny. Kemudian mereka makan di restoran cepat saji. Akram tidak menganjurkan makanan cepat saji untuk dikonsumsi Zidny, tapi saat Zidny merengek apalagi mengungkapkan jika sudah lama tidak makan burger, maka ia pun menuruti keinginan Zidny.

Menyuruh Zidny untuk duduk di bangku yang kosong, sementara ia mengantri untuk membeli burger. Sesekali menatap Zidny, memastikan Zidny duduk di sana. "Papi, mau es krim juga!" Seruan tersebut membuat Akram mengacungkan jempol lalu kembali menghadap ke depan.

Tidak berapa lama Akram menghampiri Zidny, membawa burger, air mineral juga satu cup es krim.

"Papi mau es krim?"

"Mau dong." Akram membuka mulutnya menerima suapan es krim dari Zidny. Gadis kecilnya itu terkikik saat noda es krim hingga di sudut bibirnya. Tangan mungil Zidny meraih tisu lalu mengelap, membersihkan noda tersebut.

"Papi jangan kasih tau Mami ya kalau Nini makan es krim?"

Akram mengangguk seraya mengusap puncak kepala Zidny. Odit sangat melarang Zidny makan es krim, sejak kejadian Zidny masuk ke rumah sakit setelah mengkonsumsi es krim terlalu banyak. Salah Akram sendiri. Karena saat itu Zidny masih terlalu kecil, pun ia yang baru bertemu lagi dengan Zidny, membangun momen yang sempat hilang antara dirinya dan Zidny. Apapun yang diinginkan Zidny selalu ia penuhi. Termasuk memakan es krim. Alhasil Zidny muntah terus-menerus karena terlalu berlebihan mengkonsumsi es krim.

"Akram?"

Asyik meladeni cerita Zidny, atensi Akram beralih pada sosok yang memanggilnya dengan ragu. Ia menoleh dan menemukan Janneta yang langsung mengulas senyum. Mau tak mau Akram pun membalas senyuman wanita itu. "Hai," sapa Janneta yang ia balas dengan hal serupa.

"Anakmu?" Janneta mendekat ke arah bangkunya, tatapan Janneta tertuju pada Zidny yang berhenti melahap burger yang dipegang dengan kedua tangan mungilnya. Gadis kecil itu mengerjap pelan menatap sosok Janneta. Tentu penasaran, siapa sosok itu.

"Iya," jawab Akram.

"Wah Zidny udah gede, ya? Terakhir ketemu pas umur setahun lebih deh."

"Kamu pernah ketemu sama Zidny?" Akram mengerutkan keningnya heran mendengar perkataan Janneta. Seingatnya, Janneta tidak pernah bertemu dengan Zidny. Atau saat Zidny bersama Odit? Dari perkataan Janneta tadi saat Zidny berumur setahun lebih, itu berarti saat ia dan Odit masih bersama, bukan?

Janneta tertegun sejenak, lalu mengulas senyum tipis. "Kita pernah satu apartemen kan, Ram? Waktu itu gak sengaja ketemu Odit di lift."

Akram pun mengangguk, Janneta kembali bicara, meminta ijin untuk duduk di bangku tersebut. "Gak enak makan sendiri."

Akram pun mengiyakan, wanita itu duduk di sebelahnya. "Tante siapa?" Suara Zidny mengudara setelah Janneta duduk di sebelah Akram. Kedua mata sayu yang persis dengan Akram, membuat Janneta merasa sakit hati. Mengingat pengkhiantan Akram padanya. Menghamili Odit padahal masih menjalin hubungan dengannya.

Sempat berpikir jika Odit menjebak Akram, mungkin wanita itu dihamili pria lain, lalu meminta Akram menikahinya. Tapi, melihat Zidny yang semakin mirip dengan Akram membuat dugannya segera tertepis begitu saja. Zidny benar-benar anak Akram. Tapi, ia sama sekali tidak menyalahkan Akram. Pasti Odit yang menggoda Akram. Tidak mungkin Akram mengkhianati dirinya saat itu.

"Temennya Papi." Akram menjawab pertanyaan Zidny.

"Namanya siapa?" Zidny beralih menatap papinya.

"Janneta. Zidny bisa panggil Tante Jane." Kini Janneta yang menjawab.

CERPENKde žijí příběhy. Začni objevovat