CERPEN : SHARMA

3.3K 373 25
                                    

Part 3
_____

"Hai Mas Re."

Sharma mengukir senyum menatap Regan. Pria itu tak berubah sama sekali, raut wajahnya tetap dingin. Perubahan yang ada pada Regan hanyalah bentuk badan pria itu yang atletis. Sembilan tahun lamanya mereka tak bertemu, bahkan tak pernah berkomunikasi.

Terakhir kali Sharma mengirim pesan melalui gmail saat ia berhasil melahirkan. Tapi, tak ada balasan apapun dari Regan.

Yang membuatnya marah saat itu dan tak pernah lagi mengirim pesan untuk Regan ataupun menghubungi pria tersebut.

Sharma hendak mengajak Regan bicara lagi, tapi pria itu malah melengos pergi. Membuatnya melongo di tempatnya.

Mendengus pelan, ia pun memutuskan untuk bergabung dengan yang lainnya. Langsung melihat Remy yang bergabung bermain bersama si kembar. Memanggil anaknya itu untuk makan saat Aunty Auri menawarkannya makanan.

Sementara itu di dalam rumah. Regan terlihat seperti orang linglung. Mondar-mandir di dapur lalu berhenti.

Tadi ....

Ia masuk ke dalan rumah untuk mengambil ... apa?

Regan tiba-tiba lupa. Menggaruk kepalanya. Ia hendak membawa langkahnya keluar dari dapur, tapi mengurungkan niatnya.

Sharma datang ....

Regan harus apa?

Jari-jarinya mengetuk di tepi meja pantry.

"Lo ngapain?"

Regan tersentak dan hampir saja kelepasan berteriak saat melihat rupa Zian.

Melayangkan kakinya menendang bokong adiknya itu yang tentu saja langsung mengaduh sakit seraya memegang bokong.

"Lo kenapa sih?!" Zian mendelik kesal pada Regan seraya mengusap bokongnya. Ia mencoba melihat ke belakang dan tentu sia-sia. Ia pun melihat pantulan dirinya di kulkas. "Untung aja pantat gue gak langsung tepos. Kesukaannya Kalea nih."

Regan mendengus mendengar perkataan adiknya itu yang kini membuka kulkas.

"Itu suara rame-rame ada apaan?" Zian mendengar suara ramai di samping rumah. Ia menatap Regan yang berdiri diam menatapnya datar.

"Itu apaan di muka lo?"

Zian langsung menyentuh wajahnya. "Masker muka, Mas. Biar glowing." Lalu menyentuh di bawah matanya. "Kalau ini eye mask, biar gak mata panda. Elo sih nyuruh gue jemput tengah malem, bikin bobok cantik gue keganggu. Kalau gue jadi jelek, bisa-bisa Kalea ninggalin gue."

Regan hanya memutar bola matanya malas.

"Uncle, Uncle, Uncle!" Seruan tersebut membuat mereka berdua menoleh, menemukan tiga bocah yang menatapnya.

"Apaan?" sahut Zian seraya menutup pintu kulkas, usai mencolek krim kue yang ada di dalam sana. Bisa dipastikan Mommy akan mengomel jika melihat kuenya tak utuh.

"Ada bola, gak?" tanya Ken.

"Kagak ada. Udah sana lo keluar. Jangan ngerusuh di sini!" sahut Zian. Tiga bocah itu termasuk anak yang nakal.

"Kata Opa Mal minta di Uncle Zian!" sahut Kei.

Zian berdecak pelan. Segera ke gudang untuk mengambil bola, lalu memberikannya pada bocah tersebut.

"Apalagi?!" Mata sipit Zian melotot pada Kei.

"Uncle Zian pake itu di muka biar ganteng?"

"Oh iya dong!" Zian mulai tersenyum lebar. "Biar Aunty Kalea makin cinta sama Uncle."

CERPENWhere stories live. Discover now