CERPEN : UNA

3K 365 11
                                    

Part 4
_____

Satu kata yang mampu mendefinisikan Una saat ini ...

Pasrah.

Menyerahkan semua mulai dari konsep pertunangan, tempat hingga gaun pada Mami yang begitu semangat menyiapkannya. Menyewa Event Organizer terkenal, tanpa takut merogoh kocek yang banyak.

Una pernah melihat tingkah Mami seperti ini, saat Dalila dan Della yang bertunangan membuatnya saat itu merasa iri luar biasa. Bertanya-tanya dalam hati, apakah Mami akan bertingkah seperti itu saat ia nantinya bertunangan. Dan jawabannya sudah ada di depan matanya saat ini.

Tapi, jika saja Una bertunangan dengan pilihannya sendiri tentunya Mami tidak akan seperti ini. Mungkin ia tidak akan melangsungkan acara pertunangan, langsung akad. Itupun hanya di kantor KUA.

Una membawa langkahnya menuju area kolam renang yang di sana juga terdapat pekarangan yang cukup luas, biasanya jika ada acara di rumah tersebut, maka akan diadakan di sana.

Seperti saat ini area tersebut ramai, dua putri dan menantu serta cucu Om David sedang berkumpul, bisa dibilang sedang melakukan pikinik karena ada dua karpet yang digelar di atas rumput jenis bahia yang cocok ditanam di wilayah bersuhu panas yang memiliki tekstur kuat membuat rumput tipe ini dapat digunakan dalam aktivitas berat seperti olahraga atau berlarian serta jadi tempat bermain anak-anak.

"Astaga Martin!" seru Della melihat putra semata wayangnya terjatuh akibat berlari. Una yang paling dekat posisinya segera berjalan cepat dan membantu Martin berdiri.

"Thank you Aunty." Bocah lima tahun itu tersenyum lebar meski kedua lututnya memerah akibat gesekan rumput.

"Ada yang luka?" tanya Della khawatir, memeriksa kondisi putranya.

"Martin baik-baik aja kok Mom," ujar Martin beralih menatap ibunya.

"Makasih ya, Una." Della menatap Una dengan senyum tipis. Una mengangguk pelan, tangannya terulur untuk mengusap kepala Martin.

Mereka pun bergabung dengan yang lainnya. Una mengambil tempat duduk di dekat Devita, putri pertama Dalila. Gadis itu langsung menawarkannya potongan pie apel. Meski merasa canggung, Una berusaha mengakrabkan diri. Menerima kue tersebut dan mengucapkan terima kasih.

"Una, kamu gak ngasih tau Banyu untuk datang ke sini?" Pertanyaan Mami mengambil perhatian Una. Mengurungkan niatnya untuk mencicipi kue tersebut.

"Mas Banyu sibuk, Mi." Hanya itu yang Una katakan. Padahal ia sama sekali tak memberitahu Banyu. Mami memicing curiga padanya, tapi ia segera memutus pandangan dan memakan pie apel tersebut.

"Udah lama lho kita gak ngumpul kayak gini? Terakhir liburan bersama dua tahun yang lalu, ya?" Suara Mami kembali mengalun yang disahut Dalila dan Della secara bergantian. Una hanya diam menyimak.

"Gimana kalau ada waktu luang kita liburan bersama lagi, Mi?" ujar Dalila. Mami tersenyum lebar dan menatap Om David yang hanya mengangguk, tentu saja menuruti keinginan Mami.

"Bulan depan aku mau pergi babymoon," ujar Della seraya mengusap perutnya yang mulai membuncit.

"Bisalah kalau kita liburan bersama kamu pergi juga," sahut Mami.

"Kita liburannya kalau Devita libur sekolah ya Oma?" pinta Devita.

"Iya dong. Biar cucu-cucu Oma juga ikut," ujar Mami lalu menatap Emir dan Kemal. "Kalian berdua harus bisa ikut, ya? Kosongin jadwal pas libur sekolah nanti." Dua pria itu hanya mengangguk patuh diiringi senyuman.

CERPENWhere stories live. Discover now