CERPEN : FREYA

3.7K 457 31
                                    

Part 8
_____

Diberi libur tiga hari membuat Freya menggunakan waktunya sebaik mungkin untuk menyenangkan dirinya. Karena kemarin, ia seharian tinggal di apartemen, jadi di hari terakhir liburannya, ia keluar. Bertemu dengan Aurora, satu-satunya temannya yang bisa ia jumpai. Karena Citra masih dirundung suasana duka, jadi ia tak ingin mengganggu waktu sendiri temannya itu.

Hanya setengah hari bersama Aurora karena Aurora dalam kondisi hamil makanya tidak bksa diajak berlama-lama keluar.

Sebenarnya Aurora menawarinya untuk mengantarnya pulang, tapi ia menolak. Agak ngeri menurutnya jika ibu hamil itu mengemudikan mobil. Apalagi Aurora pernah mengalami pendarahan ringan. Meski ringan, tapi tetap tidak baik jika keseringan mengalaminya.

Menggunakan taksi untuk pulang, ia masuk ke lobi apartemen untuk menuju ke lift. Saat asyik melangkah, ia tersentak saat ada yang mendorongnya membuatnya jatuh ke depan. Dengan posisi kaki tertekuk sehingga kedua lututnya yang menumpu juga dua telapak tangannya.

Freya memekik saat rambutnya ditarik hingga ia mendongak kemudian merasakan perih yang menjalar di pipinya.

Mata Freya memerah dan berkaca-kaca menatap nanar sosok Grace yang terlihat murka. "Dasar pelakor!! Lihat dia ini perempuan yang goda calon suami saya!!"

Orang-orang kini sibuk memperhatikan dirinya yang diperlakukan secara kasar. Juga dua teman Grace yang mengarahkan kamera ponsel ke arahnya.

"Kamu kan tau kalau Nevan itu tunangan saya, sebentar lagi kami akan menikah! Tapi kamu tetap godain dia dan bahkan sampai tinggal di apartemen dia! Dasar gak tau diri!" Grace dengan linangan air mata tak membiarkan Freya untuk membela diri sedikit pun membuat Freya gagu dan juga merasa linglung menatap di sekitar kini banyak kamera ponsel mengarah padanya dan ikut-ikutan mencerca dirinya.

"S-saya ... saya gak godain. Saya bukan penggoda," gumam Freya gagu. Dan hujatan demi hujatan memberondongi dirinya membuatnya semakin tak bisa membela diri. Orang-orang pun menganggap jika tuduhan yang di layangkan padanya adalah benar.

Memangnya bisa melawan orang-orang yang telah termakan tuduhan palsu tersebut? Apalagi ia hanya seorang diri.

●•••●

Kalandra turun dari mobil. Ia diam sejenak menatap Freya yang duduk di sebelah koper dengan kepala terkulai, ia juga bisa mendengar suara tangis yang begitu lirih persis seperti tangis Freya yang menelponnya beberapa saat yang lalu agar ia menjemput wanita itu di depan sebuah minimarket.

"Hei," panggilnya pelan setelah ia berdiri di depan Freya. Wanita itu mengangkat kepala lalu menatapnya. Kemudian tangisnya pecah membuat dua pegawai minimarket yang berjaga menatap ke arah mereka. "Jangan nangis!" desis Kalandra seraya menarik Freya untuk berdiri.

"Eng-enggak bisa." Freya sesenggukan seraya menyeka air matanya, tapi tetap saja air matanya tak surut. "Enggak bisa, Mas!"

Kalandra pun memutuskan untuk segera membawa Freya pergi dari sana, tidak lupa membawa barang-barang wanita itu.

Kalandra tak tau apa yang menimpa Freya. Tiba-tiba saja Freya menghubunginya dan diirngi tangisan agar menjemput wanita itu. Padahal dua hari yang lalu Freya mengatakan jika wanita itu tinggal di apartemen temannya. Kini kenapa lagi? Apa Freya diusir?

Ia pun memutuskan membawa Freya ke apartemennya.

Wanita itu termenung. Ia pun menyuruh Freya untuk beristirahat di kamar tamu. Sementara ia memutuskan untuk memasak.

Meski pandai memasak, tapi Kalandra sangat jarang melakukan hal tersebut. Jadi bahan-bahan untuk masakan tak ada di dapur apartemennya. Ia biasanya hanya beli makanan jadi di luar.

CERPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang