CERPEN : CITRA

9.1K 733 13
                                    

Part 3
______

"Citra, are you okay?"

Citra menatap Freya dengan pandangan buram karena air mata menumpuk di kedua matanya. Seluruh tubuhnya gemetar. Seakan baru sadar apa yang hendak ia lakukan pagi tadi.

Mengakhiri hidup.

Saat Freya bertanya keadaannya, akhirnya ia tersadar sepenuhnya jika masih ada yang peduli padanya dan ingin tau keadaannya....

"Citra ..."

"Frey ..."

Freya segera memeluk Citra, menenangkan temannya yang menangis tersedu-sedu tersebut. Menyalahkan diri atas apa yang hendak dilakukan.

"Lo gak boleh lakuin itu lagi, okay?" ujar Freya lembut seraya menangkup wajah Citra, kemudian enyeka air mata Citra. "Banyak yang peduli sama lo, Cit. Banyak yang butuh lo. Terutama anak lo."

Refleks Citra menyentuh perutnya. "I-ini gak pa-pa, kan?"

"Gak pa-pa kok. Lo ngalamin pendarahan ringan. Itu biasa kok saat hamil muda. Ditambah karena lo banyak pikiran. Citra, apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa lo mau lakuin hal itu?"

Citra menunduk dalam tidak berani menatap Freya.

"Citra, gue kan selalu ngomong. Lo gak sendirian. Ada gue. Kalau lo butuh sesuatu, lo bisa hubungi gue."

"Mas Faras jahat, Frey ...," ujar Citra lirih masih di posisinya.

Freya menghela nafas pelan. "Dia emang jahat, kan? Dia nyuruh lo gugurin kandungan lo?"

Citra mengangguk pelan.

"Gak usah dengerin. Kalau bisa lo gak usah ketemu dia. Kalau ada acara keluarga lo, lo ambil alasan aja gak bisa hadir karena kondisi lo yang lagi hamil. Mereka pasti ngerti kok, Cit. Gue gak mau terjadi apa-apa lagi sama lo. Cukup hari ini, oke? Gak ada hari-hari selanjutnya lagi. Lo harus hidup. Ini bukan cuma lo, tapi juga anak lo."

"Makasih Frey." Kini Citra menegaskan kepala menatap Freya. Mengukir senyum tipis. "Emang lo satu-satunya temen gue ..."

"Gak Citra. Bukan gue aja. Rora, Gumi, sama Kalea juga temen lo."

Citra kembali menunduk, matanya kembali memanas mengingat ketiga temannya tersebut yang marah padanya. Tidak pernah lagi bersinggungan dengannya. Walau hadir di pernikahannya, tapi ketiganya datang karena bujukan Freya.

"Mereka benci gue, Frey." Citra menghembuskan nafas panjang. "Gak pa-pa kok, gue emang pantas dibenci." Citra sadar, sangat sadar. Orang-orang yang mengetahui fakta sebenarnya pasti membencinya. Mungkin orang tua serta Eyangnya jika tau akan membencinya juga.

"Enggak Citra. Mereka gak benci sama lo. Buktinya mereka dateng ke pernikahan lo."

"Karena lo paksa, kan?"

"Emang gue paksa. Tapi, kalau bukan kemauan mereka, mereka gak bakal datang kan walaupun gue paksa mereka? Apalagi Megumi, lo tau tuh anak keras kepala banget. Kalau A, ya A. Gak ada yang bisa ubah kemauannya. Jadi, walaupun gue paksa dia dan dia gak mau, pastinya dia gak dateng, kan? Begitupun Kalea."

Citra kembali bungkam, menunduk seraya memainkan jari-jari tangannya.

"Lo istirahat ya, Cit." Freya membantu Citra untuk kembali berbaring, menaikkan selimut hingga batas dada Citra.

"Jangan ngasih tau orang tua gue ya, Frey?"

"Iya. Arga udah ngomong kok." Freya mengukir senyum tipis.

"Arga mana?" Suara Citra pelan, sangat pelan, tapi Freya mampu mendengarnya.

"Em ... balik ke rumah dulu. Ada gue kok yang nemenin elo. Gue lagi gak ada shift."

CERPENWhere stories live. Discover now