CERPEN : UNA

2.8K 435 55
                                    

Part 8
_____

Terhitung kurang lebih tiga bulan lamanya pertunangan Una dan Banyu terjalin. Selama itu, Banyu memperlakukannya sebagai mana mestinya seorang pasangan. Pria itu selalu memanjakannya, meski ujung-ujungnya seperti biasa pria itu meminta balasan agar mereka saling menghatkan di atas ranjang.

Awalnya Una merasa tak masalah dengan hal tersebut karena hubungan mereka tak didasari perasaan cinta. Bahkan kasih sayang pun tak ada di dalam sana. Yang ada hanya perasaan gairah.

Namun, mungkin karena terbawa perasaan karena setiap harinya melihat interaksi antara Aurora dan Ardan membuat Una bertanya-tanya.

Sepenting itukah cinta dalam suatu hubungan?

Meski Aurora hidup sederhana. Meninggalkan hidup mewahnya karena ingin bersama seorang pria yang kehidupannya sangat sederhana.

Beda halnya dengan Una.

Meski Banyu kerap kali memanjakannya dengan pemberian barang-barang mewah dari pria itu. Apakah jika menikah nanti Una akan tetap bahagia meski tak ada cinta di antara mereka?

Apalagi Banyu yang sepertinya bukanlah seorang pria yang ingin terikat. Mungkin menerima pertunangan dengannya karena semata-mata tuntutan kerja sama antara perusahaan.

Una terbuyar dari lamunannya saat klien-nya pamit undur diri. Untung saja ada dua desainer yang ikut dengannya, jadi Una tak perlu merasa tak enak hati karena tak mendengar perkataan dua orang tersebut. Karena posisi Una hanya sebagai pengganti sementara untuk mengisi posisi Della.

Saat dua desainernya mengajaknya untuk makan bersama, tapi tatapan Una menangkap sosok Om David, begitupun pria itu.

Maka berakhirlah Una makan siang dengan suami Mami itu. Hanya berdua.

Percakapan mereka tak begitu lugas. Seperti biasa Om David yang mendominasi pembicaraan. Una akan menjawab sesekali.

"Kenapa makanmu sedikit sekali? Harusnya tadi kamu pesan steak atau pasta," tegur Om David karena Una hanya menyantap makanan vegetarian saja. "Mau pesan tambahan?"

Una segera menggeleng begitu Om David siap mengangkat tangan untuk memanggil pelayan.

"Gak usah Om. Aku udah kenyang kok." Una tersenyum tipis. Meski merasa kikuk karena hanya makan berdua denyan Om David. Tapi, Una tetap berusaha agar perasaan kikuknya hilang. Walau bagaimana pun Om David adalah ayah tirinya.

Beda halnya seperti awal Om David menikah dengan Mami, ia berusaha menghindar, tapi selama 13 tahun Mami menikah dengan Om David, pria itu selalu memperlakukannya seperti seorang ayah pada putrinya, meski ia memasang tembok tinggi.

"Gimana pekerjaan gantiin Della? Kamu betah?"

Sebenarnya Una ingin menggeleng, tapi yang ia lakukan hanya tersenyum. Della telah melahirkan anak keduanya di kota Paris. Untuk sementara waktu Della akan di sana. Hanya memantau butiknya dari Una. Entah berapa lama Una akan menggantikan posisi Della.

"Kalau bosan, bilang aja. Nanti Om cariin pengganti buat Della," sambung Om David seakan tau keresahan Una.

Pekerjaan Una tak terlalu berat. Tapi, namanya bukan berada dibidangnya, ia pun mulai merasa bosan.

"Tapi, Della ..." Saat Om David kembali menatapnya, segera Una meralat panggilannya untuk Della. "Maksudku Kak Della, dia nyuruh aku gantiin dia. Aku gak enak kalau tiba-tiba aku berhenti dan bicara langsung dengan Kak Della. Biar aku aja yang ngomong langsung ke Kak Della."

Om David pun mengangguk.

Mereka selesai makan di salah satu restoran yang berada di dalam mall. Saat hendak melangkah ke parkiran, langkah Una berhenti. Ia menatap Om David yang tetap melangkah seraya terpekur dengan ponselnya.

CERPENWo Geschichten leben. Entdecke jetzt