CERPEN : UNA

3.7K 410 21
                                    

Part 2
______

Ar's Nightclub.

Tempat club malam yang menjadi favorit yang memiliki hobi ke tempat seperti ini dalam kurun waktu dua tahun terakhir ini.

Masih terbilang baru, tapi sangat menarik banyak pengunjung untuk datang. Tempatnya yang high class serta minuman-minuman yang ditawarkan membuat tempat ini menjadi sarang tempat perkumpulan kaum 'elit'.

Bisa dilihat di parkirannya saja, terdapat mobil mewah yang berjejer. Saat masuk ke dalam, Una pun melihat orang-orang yang berlalu lalang mengenakan pakaian luxury branded.

Una tak salah pergi ke tempat ini untuk menghindari Mami.

Sejak sarapan pagi tadi, sebisa mungkin Una menghindari Mami bahkan tidak menjawab telepon dari Mami. Juga hanya membaca pesan ancaman dari Mami yang mengatakan jika Mami akan menyuruh Om David untuk membatalkan agar ia tak melanjutkan S2.

Una menahan diri agar tak merasa terancam. Walaupun Om David membatalkannya, Una akan mencari pekerjaan. Lulusan kampus terbaik dengan nilai yang sangat memuaskan, tentunya mudah mencari pekerjaan.

Pikiran Una mulai melalang buana merencanakan kehidupannya. Ingin terlepas dari bayang-bayang Mami.

Una pasti bisa!

Tekadnya dalam hati.

Saat ia kembali meneguk martini di hadapannya, tatapannya bertemu dengan seseorang. Matanya memicing menatap sosok itu yang kini mendekat ke arahnya. Ia menaruh gelas tinggi tersebut ke atas meja bar. Lalu membuang pandangan ke arah dance floor, sebagai gestur jika ia menolak kehadiran pria itu.

"Hei," sapa pria itu sedikit mengeraskan suara karena ramainya tempat tersebut. Una sama sekali tak menoleh dan lagi-lagi ia dipanggil bahkan kini menepuk pelan pundaknya.

Una merasa risih, ia pun menoleh dan menatap dingin pria itu. "Apa?"

Arsen mengangkat satu alisnya, ia melirik minuman yang tadi di teguk Una. Sudah hampur habis.

"Martini. Wet? Lo gak takut mabuk?" Arsen menumpukan lengan kirinya di tepi meja bar, pinggulnya bersandar di meja tinggi tersebut.

"Bukan urusan lo." Una mengibaskan tangan lalu kembali meneguk minuman tersebut. Meski gerakannya mengusir pria itu, tapi pria itu tetap berdiri di dekatnya. Tidak beranjak sedikit pun. Ia pun kembali memusatkan perhatiannya pada pria itu, masih dengan tatapan dingin. "Lo khawatir kalau gue ngasih tau apa yang gue lihat malam itu?"

Ia bersidekap, memutar kursi yang di dudukinya menghadap pria itu. "Gue udah ngomong sama Della dan gue udah ngomong sebelumnya kalau itu bukan urusan gue."

Arsen terdiam, mengamati wanita di hadapannya kemudian mendengus geli. "Lo udah mabuk, ya? Ke sini sendirian?"

Una semakin mendingingkan ekspresinya. Kalau saja minuman di gelasnya masih ada, ia tidak akan ragu menyiram pria tersebut.

"Mending lo pergi dari sini!" ujar Una galak dan pria itu hanya tertawa membuatnya menggeram kesal. Benar-benar pria ini menganggunya di waktu yang salah.

Kepalanya pening karena kemarahan Mami, juga efek alkohol yang diminumnya.

"Heh! Lo budeg ya! Sana pergi!" Una turun dan tak segan mendorong pundak Arsen hingga kini Arsen tak lagi bersandar di meja bar.

Arsen masih mempertahankan senyum gelinya. Lalu menoleh ke arah bartender yang menatap ke arahnya. Arsen pun beranjak.

Una kembali duduk dan menghela nafas kasar. Ia pun menunduk seraya menekan pelipisnya.

CERPENDove le storie prendono vita. Scoprilo ora