CERPEN : ODIT

8.1K 740 22
                                    

Part 2
______

Odit masuk ke dalam mobil berwarna hitam tersebut, seraya mengibaskan tangan pada wajahnya karena terlalu lama berada di luar saat terik matahari begitu menyengat. Meski telah menggunakan topi, tetap saja wajahnya terasa panas hingga memerah.

Segera mengatur suhu pendingin agar semakin dingin, menoleh menatap sosok yang baru masuk ke balik kemudi.

"Panas banget, ya?" tanya Ares dengan cengirannya.

"Menurut lo?" balas Odit sedikit ketus. Sudah melihatnya kepanasan, pria itu malah melontarkan pertanyaan.

Mereka telah meninjau pembangunan kantor penerbitan Odit nanti, saat ini sudah berjalan lima puluh persen. Odit menjadi sedikit tidak sabar menantikannya.

"Mau makan di mana?" tanya Ares setelah melajukan mobil, bergabung dengan pengendara lainnya di jalanan. Melirik sekilas Odit. Wanita itu terlihat merogoh tasnya lalu meluarkan ponsel dari sana.

"Halo Ram, kamu jemput Nini?" Ares  mendengus pelan mendengar suara Odit. Pasti wanita itu menelepon mantan suaminya.

"Oh, bisa bawa ke ..." Odit menoleh padanya. "Kita mau makan di mana?"

Ares mengendikkan bahu tak acuh dan bergumam tak jelas karena terlanjur badmood. Sementara Odit mendengus pelan melihat tingkah pria itu. Ia pun menyebutkan restoran yang akan di kunjungi. Memilih fine dining.

Mereka makan di private room.

"Res, mau makan apa?" tanya Odit pada Ares yang terpekur dengan ponselnya, pria itu hanya diam membuatnya berdecak pelan. Segera merampas ponsel Ares. Pria itu merengut kesal. "Lo mau makan apa?"

"Terserah lo." Ares kembali merembut ponselnya dari tangan Odit.

"Lo gak alergi kan makan seafood?" Odit membuka buku menu.

"Astaga Dit, kita udah lama temenan. Masa lo gak tau sih gue boleh makan apa dan gak boleh makan apa," gerutu Ares pelan, Odit menegakkan kepala lalu memutar bola mata malas.

"Lama apaan? Baru kali," cibirnya membuat Ares mendengus kesal.

"Dua tahun menurut lo baru?" tanya Ares sinis. Mereka bertemu pertama kali di Malang saat Odit masih menjadi traveler. Ia yang dikenal juga sebagai selebgram membuat orang-orang, apalagi yang menggunakan media sosial tersebut mengenalnya. Salah satunya Ares. Pria itu minta foto dengannya saat bertemu di sebuah restoran. Dengan senang hati ia mengiyakan meski kepalanya saat itu terasa berat karena pusing dan kedua matanya berkunang-kunang. Karena efek terlalu lapar dan terlambat makan membuatnya seperti ini.

Saat Ares hendak memotret melakukan selfie, ia tak sadarkan diri dan Ares sigap menahannya. Lalu membawanya ke rumah sakit. Sejak saat itu pria itu selalu mengekorinya hingga mereka berteman seperti saat ini.

Ares yang ia juluki penguntit karena setiap kali ia berada di daerah lain, pasti akan bertemu dengan pria itu.

Jawaban Ares ketika ia menuduhnya penguntit adalah, 'Jangan asal nuduh. Tuhan sudah menakdirkan kita selalu bertemu'.

Ares memang menyukainya, menunjukkan ketertarikan padanya secara terang-terangan. Dan ia tidak terlalu menanggapi. Hanya menganggap Ares sebagai temannya, meski temannya yang lain mendukungnya untuk membuka hati. Mempersilahkan Ares untuk masuk. Mengisi kekosongan hatinya.

Siapa bilang hatinya kosong?

Hatinya terisi ....

"Mami!" Seruan tersebut membuat Odit tersenyum lebar, ia segera menarik kursi di sebelahnya agar Zidny duduk di sana. Ia beralih menatap Akram yang mengantar Zidny masuk.

CERPENTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon