CERPEN : KALEA

3.1K 372 50
                                    

Part 3
_____

Kalea melempar lalu menangkap bola kasti ke udara. Posisinya rebah di atas ranjang, dengan posisi kedua kakinya menjuntai ke lantai. Sekarang ia berada di bekas kamar Kalandra. Kakaknya itu telah memiliki rumah, jadi tiga tahun terakhir ini telah pisah rumah dari Ayah. Ah bahkan sejak ia kabur, Kalandra tidak menetap disini karena tinggal di apartemennya.

Bisa saja Kalea tinggal di rumah Kalandra, tapi misi Kalea harus terlaksanakan.

Ya, Kalea memiliki misi.

Kalea tak akan membiarkan wanita itu menggantikan posisi Bunda menjadi nyonya di rumah ini. Tak akan pernah!

Pintu kamar terbuka membuat Kalea refleka melempar ke arah sana.

Kalee yang membuka pintu langsung menunduk, hampir saja terkena lemparan bola. "Le?" Kalee melotot kaget menatap Kalea yang beringsut duduk menatap adiknya itu.

"Sini, gue tau lo kangen sama gue." Kalea merentangkan tangan. Bukan nada manis ataupun lembut. Di mata Kalee, Kalea mirip banci yang sering menggoda di pinggir jalan.

"Najis!" desis Kalee lalu tertawa pelan saat melihat ekspresi masam kakaknya.

Kalea kembali merebahkan badannya di atas ranjang. Kalee ikut diam, ia mengamati koper dan tas Kalea yang berserakan di lantai. Juga memperhatikan kamar milik Kalandra tersebut. Kemudian melirik kamar yang ada di hadapan kamar tersebut.

"Sebelum Mas Kala punya rumah, dia masih sering nginep di sini. Makanya Desya tinggal di kamar lo karena cuma kamar itu yang kosong."

Kalea sudah tau itu. Ayah telah menjelaskan tadi saat ia mengamuk. Bahkan Ayah mengutarakan agar ia bertukar dengan Desya, tentu Kalea ogah tinggal di sana lagi. Tak ingin tinggal di kamar bekas bocah itu.

"Lo dipihak mana, Kal?"

"Pihak apa?" Kela menegkkan kepala untuk menatap adiknya.

"Gue atau Ayah?

"Ayah dong." Kalee langsung menghindar saat sepatu Kalea melayang ke arahnya. Ia mengusap dadanya perlahan. "Ayah yang ngasih gue duit jajan." Kalee menyengir. Lalu merentangkan tangan. "Welcome home sister. Kalau dulu-dulu lo cuma denger suara gue yang berisik. Kali ini ada dua tambahan."

Perasaan Kalea mendadak tidak enak setelah mendengar hal tersebut.

●•••●

Kedua mata Kalea langsung terbuka saat mendengar suara gaduh. Meski berada di lantai bawah, ia masih bisa mendengarnya saking kerasanya suara tersebut. Matanya memerah karena terpaksa bangun. Ia segera keluar dari kamar dan bersamaan dengan pintu kamar di hadapannya. Sosok Desya yang telah mengenakan seragam sekolah, bocah itu segera menutup pintu saat melihat dirinya.

Sebelum turun, Kalea menyempatkan dirinya menendang pintu kamar tersebut dan ia mendengarkan teriakan kaget dari dalam. Segera ia turun dan menemukan dua bocah lainnya yang menangis. Ayah berusaha menenangkan dua anaknya juga Tante Feby.

"Heh! Heh!" Kalea menyentak dua bocah itu yang mulai ketakutan, kini tidak lagi mengamuk, tapi menangis sesenggukan dengan suara tertahan.

"Kalea mau sarapan apa? Tante siapin, ya?" Kalea menatap datar Tante Feby yang sok akrab padanya.

"Ogah!" Setelah mengatakan itu ia duduk di kursi makan denhan posisi naik ke atas, memanggil ART untuk membuatkannya mie rebus.

"Ya udah Ayah pergi dulu. Le, Ayah pergi dulu, ya?" Kalea hanya berdehem. Merasakan usapan tangan Ayah di puncak kepalanya. Sosok Kalee terlihat turun bersama Desya.

CERPENOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz