CERPEN : AURORA

3.8K 481 28
                                    

Part 11
______

Pagi-pagi buta Aurora bangun, bahkan sebelum Alisha yang biasanya selalu lebih dulu bangun. Menjelajahi dapur. Aurora akan mencoba membuat omelet bakso sosis. Bermodalkan tutorial dari youtube. Setiap langkah ia ikuti. Mulai dari menyiapkan bahan-bahan juga segala peralatan masak. Matanya sana sekali tak berpindah dari layar ponsel.

Alisha yang keluar dari kamar dan masuk ke dapur. Terdiam menatap istri kakaknya itu. Mengamatinya entah ingin membuat apa. Memutuskan tidak mengacuhkan Aurora, ia memilih masuk ke kamar mandi.

Di sisi lain, tepatnya di kamar. Beberapa saat kemudian, Ardan mulai bangun. Ia menggerakkan lengan kirinya dengan memutar karena merasa pegal Aurora menjadikannya bantal semalam.

Melihat tidak ada Aurora di kamar, ia segera keluar. Aroma masakan langsung tercium di hidungnya. Ia segera ke dapur dan menemukan Aurora yang memindahkan sesuatu dari wajan ke atas piring. Ditemani Aca yang telah mengenakan seragam sekolah sedang menyiapkan peralatan makan.

"Ardan," sapanya ceria. Ardan menatap sarapan di atas meja lalu menatap Aurora yang tersenyum cerah.

"Kamu yang masak?"

"Iya. Tadi juga dibantuin Aca bikin teh." Aurora mengusap kepala Aca yang kini tersenyum bangga. Ardan ikut tersenyum. Memanggil Alisha untuk sarapan bersama.

Saat mencoba omelet tersebut, ia berhenti mengunyah dan membalas tatapan Aurora yang mengamatinya dengan senyum tertahan. Ekspresinya seakan menunggu dirinya untuk memuji masakan Aurora.

"Ini belum mateng," ujar Alisha seraya mendorong piring di hadapannya. Memperlihatkan omelet yang sudah ia cabik-cabik. Bagian dalam omelet itu masih setengah matang.

Ekspresi Aurora langsung sendu, punggungnya merosot. Ardan menelan. Lalu tersenyum menenangkan. "Aku juga suka kok telur yang gak terlalu mateng." Menepuk pelan punggung tangan Aurora. Ia melirik Alisha yang memutar bola mata malas. "Alisha emang gak suka telur setengah mateng. Aca suka, kan?" tanya Ardan pada Aca.

Aca mengangguk, gadis kecil itu memisahkan potongan bakso juga sosis. Lalu memakannya dengan cara terpisah.

Senyum Aurora kembali terbit.

"Kalau gak bisa masak, gak usah sok-sok'an."

"Ica!" tegur Ardan pada Alisha.

"Emang bener, kan?!"

"Mending kamu diem. Aurora belum bisa masak. Yang penting dia usaha, daripada gak sama sekali." Ardan kembali menatap Aurora yang tersenyum tipis. "Kalau belajar lebih giat lagi, lama kelamaan bakal bisa masak kok."

"Makasih Ardan," ujar Aurora lirih. Ia meraih tangan Ardan yang menepuk tangannya lalu mengenggamnya erat.

●•••●

Aurora menoleh saat mendengarkan desahan lelah yang keluar dari mulut Una. Dengan sigap ia membuka kulkas lalu memberikan minuman dingin untuk bosnya itu.

Una yang tengah bersandar kembali duduk tegap. Menerima botol minuman dari Aurora. "Makasih Rora,"

"Sama-sama, Mbak."

Una mengamati Aurora yang masih terlihat bersemangat meski seharian ini mereka ke sana kemari menemui klien. Apalagi mereka sempat menghadapi klien yang banyak maunya. Meminta saran, setelah dikasih malah berujung debat membuat Una menahan diri untuk tidak menjitak kepala kliennya tadi.

Ya perbedaan usianya dan Aurora tidak terlalu jauh, tapi energi di antara mereka jauh berbeda. Una merasa jompo karena terlalu gampang lelah, sedangkan Aurora yang semangatnya sama sekali tak berkurang.

CERPENWhere stories live. Discover now