CERPEN : FREYA

4.3K 477 31
                                    

Part 9
_____

Freya melarikan diri.

Lagi.

Kali ini menghindari Kalandra.

Perasaan Freya campur aduk. Kesal, marah juga merasa malu. Padahal harusnya ia tak malu, bukan?! Karena Kalandra yang menciumnya.

Saat pukul setengah empat pagi dan memastikan Kalandra masih tidur, ia pergi meninggalkan apartemen pria itu. Uang jajannya yang masih tersisa ia gunakan untuk membeli tiket kereta  berangkat ke Bandung.

Akan menemui Megumi. Lalu menumpahkan yang terjadi padanya. Freya benar-benar butuh tempat curhat dan orang untuk menyemangati dirinya.

Freya pernah ke rumah tante Megumi yang ada di Bandung, jadi Freya tau rute ke sana setelah ia tiba di stasiun. Ia mengisi perutnya lebih dulu yang keroncongan padahal semalam ia makan banyak. Mungkin gara-gara kurang tidur.

Kemudian memesan taksi untuk mengantarnya.

Tiba di rumah tersebut, ia menyengir saat Megumi membuka pintu. "Hei," sapanya lemas, temannya itu menatapnya bingung. Mungkin terkejut karena ia yang tiba-tiba datang tanpa memberitahu wanita tersebut.

Ia masuk ke rumah tersebut saat Megumi mengajaknya. Mereka duduk di sofa ruang tengah. Dis ana ada sepupu Megumi yang masih kecil sedang mewarnai gambar. Freya mengamati gadis kecil itu. Atau lebih tepatnya melamun.

"Ngapain lo ke sini?"

Freya beralih menatap Megumi kemudian menyengir. "Gue kangen sama lo."

"Gue jijik sama lo," ujar Megumi bergidik geli membuatnya tertawa. Tapi tidak terlalu lepas dan Megumi menyadari hal itu.

Freya pun kembali menatap Ciara yang bergumam menyanyikan lagu anak-anak seraya tangan kecilnya sibuk mewarnai. Freya rasanya ingin menjadi anak kecil lagi. Tidak apa-apa kok jika Mommy memperlakukannya layaknya boneka, asalkan ia tak memiliki beban hidup yang begitu berat seperti saat ini.

"Gue dituduh pelakor," ungkapnya. Memulai sesi curhat pada Megumi.
Tentu temannya itu terkejut. Menebak jika Megumi tak bermain sosial media.

Ah harusnya Freya tak lupa jika temannya itu sedang dalam pelarian. Tentunya menjauhi yang namanya dunia maya.

"Hah?!"

Freya pun menatap Megumi. Dengan lesuh menceritakan.

Freya tersenyum hampa. "Tunangannya Mas Nevan labrak gue. Nuduh gue pelakor. Terus orang-orang pun percaya itu. Padahal Mas Nevan cuma nolongin gue. Dia minjemin gue apartemennya biar gue tinggal di sana." Freya menghela nafas pelan. "Lo tau kan sekarang gue gak tinggal di rumah Kalea lagi, karena tuh anak juga kabur entah ke mana gara-gara Om Darius nikahin Tante Feby."

Megumi mengangguk lalu berujar, "Terus?"

"Gue juga kabur. Gak tau harus ke mana biar orang-orang gak kenal gue dan cap gue jadi pelakor. Nyokap gue marah besar dan maki-maki gue, Gumi. Koas gue pun belum selesai. Gue bener-bener frustasi dan tiba-tiba nyusul lo ke sini." Air mata Freya seketika tumpah. Ia menangis lagi dan Megumi segera menenangkannya. Mengusap lengannya dengan lembut.

Ia tentunya tidak akan menceritakan perihal ciuman Kalandra semalam. Karena ia benar-benar malu dan tak ingin nantinya Kalea mengetahuinya.

Bisa habis ia menjadi bulan-bulanan temannya. Meski hanya menempel, sudah bisa disebut ciuman, kan?

Freya berhenti menangis saat Ciara memberinya sebuah cokelat. Senyumnya terbit, tapi kemudian melongo saat mendengar perkataan Ciara.

"Jadi, gak usah nangis. Kok udah gede masih aja nangis?" Lalu gadis kecil itu kembali duduk fokus mewarnai.

CERPENWhere stories live. Discover now