CERPEN : AURORA

4.1K 543 37
                                    

Part 12
______

"Lo kenapa sih lihatin gue mulu?"

Tegur Alisha pada Aurora yang menatapnya sedari tadi. Ah bukan hanya saat ia memakai sepatu seperti sekarang, bahkan tadi saat sarapan yang membuatnya risih.

Aurora mengulas senyum seraya menggeleng. Meski ditegur, ia tetap mengamati Alisha yang sekarang mengenakan pakaian olahraga yang dilapisi jaket berwarna merah.

"Ca," panggil Ardan saat melihat Alisha keluar begitu saja dari rumah. Ardan menatap Aurora yang mengerjap pelan lalu menghela nafas pelan. Pamit pada Aurora untuk mengantar Aca ke sekolah sementara Alisha pergi begitu saja. Entah kenapa akhir-akhir ini Alisha enggan diantar ke sekolah.

Dan itu juga yang membuat Aurora curiga. Apalagi pernah melihat lebam yang ada di lengan Alisha. Juga perkataaan Aca tentang badan Alisha yang 'merah-merah'. Serta plester luka di rahang juga punggung tangan Alisha.

Sejak berada di tempat kerja Aurora merasa resah, ia segera ingin pulang dan itu membuat Una menegur. "Ra, lo kenapa?"

Aurora menatap memelas Una. "Mbak, aku boleh pulang sekarang, gak?"

Una merasa heran karena ini masih pukul satu. Mereka baru saja bertemu klien juga makan siang bersama.

Karena merasa tidak ada lagi meeting bersama klien. Akhirnya Una mengangguk. Aurora pun beranjak. Tidak pulang ke rumah melainkan menjemput Kalea yang berada di Studio K-Aesthetic Architect. Studio Arsitektur milik Kalandra.

"Halo Mas Kala," sapa Aurora pada kakak temannya yang tak bereskpresi itu. Kala hanya mengangkat dua alisnya. "Aku nyari Kalea."

"Kayaknya dia ke toilet. Lo tunggu aja di situ."

"Oke Mas." Aurora duduk di sofa seraya mengamati gambar-gambar yang ditempel di dinding ruangan tersebut. Seperti nama studio tersebut, desain bangunan yang di tawarkan begitu astetik.

"Mas Kala, aku mau desain rumah." Kalandra yang hendak masuk ke ruangannya mengurungkan niat. Kini duduk di sebelah Aurora. "Tapi desain aja dulu ya. Nanti kalau aku mau bikin rumahnya, baru deh aku ambil." Aurora menyengir.

Kalandra mengerjap pelan. "Lo bisa minta bantuan Lea."

Aurora mencondongkan tubuhnya membuat Kalandra mengernyit dan refleks memundurkan tubuhnya. "Bukannya Mas Kala lebih jago gambarnya dibanding Lea?" bisiknya.

"Ya udah lo hubungin gue aja."

Aurora menyengir dan mengacungkan jempol. "Makasih Mas." Kalandra pun beranjak, dan tak lama Kalea datang.

"Ada apa sih?" tanya Kalea, ia merasa penasaran karena Aurora tiba-tiba mengirim chat untuk meminta bantuannya.

"Kita ada misi," ujar Aurora pelan. Kalea mengerjap bingung. "Lo punya kacamata hitam, gak?"

"Hah? Buat apa?"

"Mau gue pake. Pinjem."

Dan di sinilah mereka berada. Di sekolah Alisha. Aurora curiga jika Alisha menyembunyikan sesuatu.

"Kita ngapain sih ke sini?" tanya Kalea. Mereka masih di dalam mobil. Mobil milik Kalea. Diam mengamati gerbang sekolah.

"Mata-matai Alisha, adiknya Ardan." Aurora menoleh membalas tatapan Kalea. Ia mengangkat kacamata hingga ke puncak kepalanya. "Gue cemas kalau apa yang menimpa Nora, juga menimpa Alisha."

"What? Maksud lo?!" pekik Kalea terkejut. Apa yang menimpa Nora setahun yang lalu sangat mengerikan baginya apalagi ia melihat langsung kondisi Nora saat itu bahkan ia yang memgantar Nora ke rumah sakit.

CERPENOnde histórias criam vida. Descubra agora