CERPEN : FREYA

3.5K 449 28
                                    

Part 5
_____

Karena ada jadwal di rumah sakit lagi, jadi keesokan harinya Freya bangun pagi. Ia bangun seraya meregangkan tubuhnya. Sebelum masuk ke kamar mandi, ia lebih dulu merapikan kasur lipat serta melipat selimut yang ia gunakan.

Meski ranjang Kalea muat untuk dua orang, tapi ia tak tidur bersama temannya itu. Freya agak trauma.

Lihatlah keadaan temannya itu. Posisinya terlentang dengan kedua tangan ke atas juga kaki yang terbuka lebar. Kalea menguasai ranjang besar itu. Tidur tidak pernah anteng. Ke sana kemari bahkan biasanya jatuh dari tempat tidur. Itulah yang membuatnya enggan tidur bersama Kalea dalam satu ranjang karena pernah ditendang hingga membuatnya jatuh dari ranjang.

Membasuh wajahnya bahkan menyikat gigi, Freya mengikat rambutnya menjadi satu lalu keluar dari kamar.

Menuruni tangga dan berada di dapur. Mengambil gelas untuk meneguk air. Keadaan dapur yang sunyi membuatnya menduga jika Om Darius belum pulang. Kata Kalea, Om Darius sedang ada kerjaan di luar kota. Jadi, sarapan sepertinya dibeli masing-masing oleh orang yang tinggal dirumah.

Freya tak ingin membeli sarapan karena rencananya ingin membeli kopi. Jadi. ia akan memakan roti saja. Freya diam saat mendengar langkah kaki mendekat. Saat menoleh, ia menemukan Kalandra yang berkeringat. Sepertinya pria itu baru saja dari jogging.

"Pagi Mas, abis dari jogging?" sapa Freya basa basi yang di angguki Kalandra. Pria itu pun melangkah mendekat ke kulkas lalu membuka untuk mengambil air dingin. Ah harusnya Freya bangun lebih pagi biar bisa jogging juga. Tapi, karena terlalu lelah ia malas untuk bangun di pagi buta.

"Lo mau bikin roti isi?" Freya yang sekarang meraih roti tawar, kembali menatap Kalandra.

"Enggak Mas. Cuma mau olesi selai terus dimakan," Freya menyengir. "Em ... Mas Kala mau?"

Kalandra menggeleng. "Gue mau bikin nasi goreng."

"Buat aku juga Mas?" Freya menaruh kembali roti tawar. Lalu mendekat ke arah Kalandra yang hanya mengangguk. Freya pun merangkap menjadi asisten Kalandra. Usai mengeluarkan bahan-bahan dari kulkas, Freya kini berdiri di sebelah Kalandra yang kini mengulek bumbu-bumbu yang akan menjadi bahan penyedap nasi goreng. "Mas, aku ngapain lagi?"

Karena tak ingin makan saja dan merasa tak enak, jadi Freya kembali bertanya.

"Aduk," suruh Kalandra yang kini mencampur bumbu tadi dengan nasi ke dalam wajan.

Freya pun mengambil alih spatula dan mulai mengaduk nasi goreng tersebut. Menurutnya ini lebih susah dibanding saat diawasi konsulen. Ia bagaikan peserta Master Chef dan diawasi oleh chef profesional.

"Aduk sampai dasar wajan biar gak sampai hangus."

"Ya?" Freya yang pikirannya berkeliaran mendadak tidak fokus saat Kalandra menegurnya.

Kalandra tidak mengulang perkataannya melainkan, menggeser posisi tubuhnya ke belakang Freya kemudian memegang tangan Freya yang memegang spatula atau lebih tepatnya mengenggam. Ikut mengenggam spatula.

Nafas Freya tercekat bahkan suaranya juga. Punggungnya dapat merasakan dada Kalandra. Posisi mereka sangat dekat, tak berjarak.

"Udah paham, kan?" suara Kalandra mengalun rendah. Posisi kepala pria itu menunduk hingga jarak bibirnya dengan telinga Freya dekat.

Freya hanya mengangguk kaku dan tak lagi merasakan Kalandra berdiri di belakangnya. Tangannya juga tidak lagi dipegang Kalandra.

Freya melirik Kalandra yang kini mengambil wajan lain untuk menggoreng telur.

CERPENWhere stories live. Discover now