CERPEN : UNA

2.7K 358 9
                                    

Part 7
_____

Una mengenakan wrap dress berwarna biru dari Balenciaga, begitupun high heels serta hand bag berwarna putih. Rambut panjangnya yang diikat menjadi satu, dikuncir tidak terlalu kencang dan cenderung agak melorot ke bawah. Serta riasan wajah yang bold. Memberikan kesan yang berani dan cerah.

Pergi ke acara ulang tahun salah satu teman Banyu di sebuah club malam.

Sebenarnya Una malas untuk ikut, tapi Banyu memaksanya. Apalagi saat tiba di sana, Banyu seakan tidak mengacuhkannya, pria itu sibuk dengan teman-temannya.

Lalu, untuk apa Banyu mengajaknya?

Una hendak kabur, tapi pergerakannya tersebut di tangkap oleh Banyu. "Kamu mau ke mana?"

"Em ... itu mau ke toilet."

"Oke. Abis itu langsung balik ke sini. Kamu jangan ke mana-mana."

Una tersenyum masam. Ia pun beranjak. Masuk ke toilet dan duduk di balik bilik seraya memainkan ponselnya. Bahkan ia bermain game candy crush. Berkat Aurora ia sedikit punya kesibukan, yaitu bermain game tersebut.

Ya, mau tak mau Una menerima Aurora menjadi asistennya. Seperti yang Arsen katakan, wanita itu bisa menemaninya mengobrol, apalagi menurut Una, Aurora cukup lucu. Dapat membunuh kebosanannya.

Karena nyawanya habis, Una pun berhenti bermain. Cukup lama ia berada di bilik tersebut. Pun Banyu yang tak menghubunginya sama sekali, padahal pria itu menyuruhnya untuk kembali ke tempat semula.

Sebelum tiba di tempat duduknya tadi, Una menghentikan langkahnya. Tempat yang ia duduki tadi telah diisi oleh sosok wanita yang berpakaian cukup seksi. Wanita itu bicara akrab dengan Banyu yang merespon wanita itu. Keduanya terlihat tertawa lalu wanita itu memajukan wajahnya ke arah Banyu, kemudian berbisik di telinga pria itu.

Banyu sendiri hanya mengangguk-angguk lalu wanita itu berdiri meninggalkan Banyu yang meneguk minumannya seraya matanya tak lepas dari wanita itu yang berjalan berlenggak-lenggok.

Una pun memutuskan untuk melanjutkan langkahnya lalu duduk di sebelah Banyu yang langsung menoleh ke arahnya. "Kok lama? Kamu sakit perut, ya?"

"Enggak. Tadi keasikan main game."

"Kamu bosen? Mau pulang?"

Una mengangguk. Pria itu pun berdiri dan mengulurkan tangan ke arahnya. Una menyambut. "Kamu pulang duluan, ya?"

"Lho kok gak bareng?" tanya Una. Mereka berjalan keluar dari club tersebut.

Banyu tak menjawab karena sedang menelepon seseorang, dari yang Una dengar, pria itu menelepon supirnya. Kemudian Banyu menaruh kembali ponselnya.

"Ini masih jam setengah dua belas, Honey. Gak enak lah kalau aku pulang cepet."

"Ya udah." Banyu menemaninya menunggu supir yang menjemputnya. Sebelum ia masuk ke mobil, pria itu mencium bahkan melumat bibirnya sebentar. Una masuk ke kursi penumpang belakang. Banyu menutup pintu. Tanpa menunggu mobil berlalu, pria itu kembali masuk ke dalam club tersebut.

Una hanya mampu menghela nafas pelan. Ia melamun, tiba-tiba mengingat apa yang ia lihat sore tadi.

Aurora yang dijemput oleh Ardan, suami wanita itu. Keduanya terlihat begitu bahagia walau hanya menggunakan sepeda motor. Ardan yang terlihat senantiasa mendengar celotehan Aurora. Bahkan memasangkan jaket dan helm pada Aurora. Terlihat begitu tulus menyayangi Aurora.

Bukan hanya kali itu Una melihat hal tersebut. Bahkan hampir dua minggu Aurora bekerja dengannya, ia selalu melihat pemandangan itu.

Jika di pagi hari, Aurora akan menggunakan motor sendiri, tapi Ardan tetap mengantar Aurora menggunakan motornya sendiri karena Ardan yang berprofesi sebagai tukang ojek.

CERPENWhere stories live. Discover now