CERPEN : ODIT

6.9K 726 20
                                    

Part 7
_____

Setelah tiga hari berlibur di Lombok, mereka ke Bali. Tiga hari berlibur bersama membuat Odit tidak lagi merasakan canggung saat bersama Akram usai pria itu memeluknya. Hubungan mereka perlahan membaik. Seakan makna pelukan tersebut sebagai pertanda hubungan mereka menjadi damai.

Tidak mungkin kan seterusnya Odit dan Akram bersikap saling acuh, apalagi di hadapan Zidny. Sudah merasakan betapa kakunya jika bersikap baik-baik saja bersama Akram jika di hadapan Zidny, padahal nyatanya tidak. Tidak ingin membuat Zidny merasakan kejanggalan hubungan orang tuanya. Meski mereka telah berpisah, tapi mereka telah berjanji untuk menjadi orang tua yang baik untuk Zidny.

"Udah?" Odit mendongak menatap Akram yang sepertinya sudah membereskan barang-barangnya. Saat ini Odit duduk di hadapan kopernya yang terbuka, sedang menyusun pakaian serta barangnya yang lain.

"Tolong ambilin tas kecil itu." Odit menunjuk ke arah meja nakas, tas berukuran kecil berisi peralatan body care miliknya. Akram pun meraihnya lalu memberikan padanya. Kemudian ia menaruh ke dalam koper lalu menutupnya.

"Nini, berhenti ya nonton di hape," tegur Akram pada Zidny yang terpekur menatap layar ponsel Odit.

Zidny cemberut, segera berhenti. Ponsel Maminya itu berdering.

"Siapa?" tanya Odit seraya berdiri.

"Aunty Sasa." Zidny menyerahkan kembali ponsel Maminya yang langsung diterima. Odit pun menjawab panggilan dari Salena.

"Iya Len," sahut Odit. Seraya mengamati Akram yang membantu Zidny mengenakan kaos kaki kemudian sepatu. "Em iya nih udah mau berangkat."

Odit meraih jaket yang tergeletak di kasur lalu menyerahkannya pada Akram, Akram pun menerima lalu memakaikan pada Zidny.

"Eh emang gak ngerepotin, Len?" Odit meringis pelan mendengar sahutan Salena di seberang sana yang mengungkapkan jika Odit langsung saja tiba di tempat tinggal Salena. Odit tidak masalah jika dengan Salena, tapi ia merasa tidak enak pada suami Salena. Memang Rasya baik, tapi tetap saja mereka tidak terlalu akrab. Mungkin karena perbedaan usia mereka pun mereka jarang yang kumpul bareng.

"Oh oke .... eh bukan kok. Disupirin. Oke, see you."

Sambungan terputus. Odit kembali menatap Akram saat pria itu menyerahkan jaket miliknya. Ia pun memakai jaket tersebut.

Setelahnya turun ke lobi, langsung naik ke mobil yang telah di sewa, membawa mereka menuju ke Bali.

"Kita bakal ke rumah Kak Shali?" tanya Zidny sesaat mobil melaju.

"Iya," jawab Odit seraya menarik Zidny mendekat ke arahnya. Akram sendiri duduk di sebalah supir yang menyetir.

"Nginap di sana?"

"Iya dong. Nini kangen kan sama Kak Shali?"

"Kangen. Mau main sama Kak Shali." Zidny menunjukkan deretan giginya yang kecil.

"Selama empat hari mau nginep di rumah Salena?" Akram menoleh ke belakang menatap Odit yang langsung membalas tatapannya.

"Enggak. Cuma hari ini kok. Sebenarnya gak mau sih. Tapi, gak enak juga soalnya Salena manggil ke rumahnya. Gak pa-pa, kan?" Rencana mereka akan langsung ke Ubud, tapi Salena yang tau dirinya akan berlibur ke Bali, menawarkan untuk mampir ke rumah temannya itu bahkan menginap di sana. Jadi, Odit pun mengiyakan akan langsung tiba di rumah Salena yang terletak di salah satu perumahan di Denpasar.

"Gak pa-pa. Tapi kamu udah booking hotel di Ubud, kan?" Soal penginapan di Bali, diserahkan pada Odit karena wanita itu yang mau.

"Udah beres."

CERPENWhere stories live. Discover now