CERPEN : KALEA

3.2K 406 21
                                    

Part 14
______

"Ayah mau ke mana?" tegur Kalea pada Ayah yang terlihat rapi.

"Mau pergi belanja ke supermarket. Ayah mau bikinin kamu lasagna," sahut Ayah dengan senyuman lebar. Kemudian menatap Kalandra yang sibuk menatap Ipad-nya. "Mas Kala mau carbonara?"

Kalandra hanya mengangguk. Kalea berdiri dan ikut dengan Ayah. "Biar aku yang nyetir  Yah."

"Biar Ayah. Kamu jago nyetir karena siapa?"

Kalea tertawa pelan, ia membiarkan Ayah menyetir. Menyetir, menggambar bahkan bisa bela diri semua Ayah yang mengajarkan. Ayah tidak pernah lelah membimbingnya meski ia nakal. Ayah bahkan selalu menegurnya dengan lembut. Pria yang merawatnya sejak kecil tersebut berperan sebagai ayah sekaligus ibu, bagi dirinya, Kalandra dan Kalee.

Membuat Kalea tidak pernah berpikir menginginkan seorang ibu, karena baginya Ayah sudah cukup.

Kalea sebenarnya malas jika berbelanja, apalagi ke supermarket, tapi mulai sekarang ia bertekad akan menemani Ayah ke manapun Ayah pergi. Tidak ingin membuat Ayah merasa sendiri.

Mereka berkeliling, Kalea yang mendorong troli mengikuti ke manapun Ayah pergi diselingi perbincangan hangat mereka. Hingga kehabisan topik pembicaraan. Ayah sibuk memilih daging sapi yang segar.

Kalea mengetuk-ketukkan kakinya.

"Ayah ...," panggilnya yang membuat Ayah berdehem, tapi belum menatapnya. "Aku udah lama gak diceritain tentang Bunda. Aku kangen."

Ayah menatapnya dan senyum Ayah terbit serta tatapan yang penuh kerinduan. Kalea tersenyum kecil.

Ketika ia masih kecil, Ayah sering kali menceritakan tentang Bunda, masa kecil Bunda, pertemuan Ayah dan Bunda, saat Bunda mengandung Kalandra, dirinya dan juga Kalee.

Hingga saat Kalea mengerti akan suatu hal.

Menemukan Ayah yang menangis sendirian di dalam kamar usai menceritakan hal tersebut. Hingga saat itu ia tak ingin mendengarnya lagi karena tidak ingin Ayah menangis.

"Hm mulai dari mana, ya? Masa kecilnya Bunda?" Mereka mulai kembali berjalan seraya Ayah melihat-lihat daging segar lainnya.

"Pertemuan Ayah dan Bunda," ujar Kalea. Ia tak ingin Ayah kembali menceritakan semuanya karena itu sama saja membuat Ayah bersedih meski tiap kali Ayah bercerita binar mata Ayah selalu terlihat ceria. Jadi, Kalea memilih Ayah menceritakan tentang pertemuan dengan Bunda.

"Ayah sama Bunda ketemu pertama kali di sekolahnya Ayah." Ayah tertawa merasa geli. "Waktu itu umur Ayah masih tiga belas tahun, umurnya Bunda dua puluh tahun dan jadi pelatih beladiri taekwondo. Ayah kagum sama dia. Umurnya masih sangat muda, tapi sudah sabuk hitam. Lama kelamaan rasa kagum Ayah berubah jadi rasa suka." Ayah berhenti sejenak, menoleh sekilas menatap Kalea yang tersenyum tipis.

"Makanya Ayah daftar di club tempat Bunda jadi pelatih tetap soalnya kalau cuma eskul di sekolah ketemu sama Bunda cuma seminggu sekali. Apalagi setelah naik ke kelas tiga SMP, Bunda digantiin jadi pelatih di sekolah. Untung aja Ayah udah jadi anggota club makanya gak cemas, kalau gak ketemu Bunda." Ekspresi Ayah sedikit berubah. "Tapi Ayah juga gak ketemu Bunda setiap kali latihan di club, karena Bunda ikut pelatihan buat jadi atlet taekwondo. Ayah ikut seneng karena Bunda akan wakilin negara kita."

Kalea ikut tersenyum saat melihat senyuman Ayah. Entah kenapa ia membayangkan dirinya menjadi anak kecil lalu di hadapannya saat ini ada Ayah dan Bunda yang perutnya besar karena mengandung Kalee berjalan beriringan dan saling bergandengan tangan. Kalandra sendiri mendorong troli.

CERPENWhere stories live. Discover now