CERPEN : AURORA

4.8K 488 26
                                    

Part 2
_____

Aurora mengerjap pelan, ia membuka kedua matanya lalu mencari Ardan, suaminya. Entah kenapa Aurora tersenyum malu saat mengingat kejadian semalam. Bahkan kini di kepalanya kembali terputar kejadian semalam. Meski awalnya sakit dan ia merasa tidak nyaman, tapi lama-kelamaan, ia merasa nikmat.

Pintu kamar terbuka membuat lamunannya terbuyar. Kedua tangan Aurora yang memegang ujung selimut naik hingga ke dagunya. Matanya menatap lekar Ardan yang masuk ke kamar. Mas Crush yang telah berubah menjadi Mas Hubby.

"Hei baru bangun?" Ardan berujar dengan lembut seraya duduk di tepi ranjang. Aurora hanya mengangguk karena malu untuk bicara, bahkan untuk menatap Ardan membuatnya kini menatap ke arah lain.

Merasa Ardan menatapnya terus-menerus membuat Autora semakin malu. Kini menaikkan selimut lagi hingga hanya memperlihatkan mata sampai puncak kepalanya. "Ardan kok lihatin aku mulu sih?"

Ardan tersenyum geli. "Soalnya kamu cantik."

Dibalik selimut Aurora mengulum bibirnya, menatap malu-malu Ardan. "Ardan juga ganteng. Ganteng banget," cicitnya.

Kali ini Ardan tertawa. Merasa gemas dengan tingkah Aurora. Benarkah ia menikahi perempuan yang akan berusia dua puluh dua tahun tersebut?

"Ayo bangun, terus sarapan." Ardan menarik pelan Aurora yang langsung bangun. Duduk. Tangan Ardan terulur untuk merapikan rambut Aurora.

Aurora yang hanya mengenakan baju terusan tanpa memakai dalaman, menyuruh Ardan lebih dulu keluar, ia ingin memakai dalaman dulu.

Meski merasa perih di area bawah sana, ia tetap bergerak, meski pelan. Juga berjalan dengan pelan keluar dari kamar. Ke arah dapur. Di sana sudah ada Ardan yang langsung menarik kursi agar ia duduk.

"Aca ke mana?" tanya Aurora tidak melihat sosok adik kecil Ardan. Hanya Alisha yang terlihat, sepertinya sedang menggoreng telur.

"Main di luar. Nih kamu minum," Aurora menerima segelas air dari Ardan lalu meneguknya.

"Hari ini Ardan kerja?" Ardan mengangguk membuat Aurora merengut sedih. "Gak bisa libur aja dulu?" pintanya.

"Harusnya lo gak lupa kalau Bang Ardan cuma tukang ojek. Bukan orang kaya." Sahutan bernada ketus juga dentingan piring yang ditaruh agak kasar di atas meja membuat Aurora tersentak. Aurora menatap Alisha yang menatapnya sinis usai menaruh piring berisi telur ceplok.

"Alisha!" tegur Ardan pada adiknya itu.

Alisha mendengus pelan. Hendak beranjak, keluar dari sana tapi Ardan menegur. "Kamu mau ke mana?"

"Mau kerja di tokonya Bu Yunita biar bisa makan," ujarnya sinis kemudian keluar dari dapur tersebut. Ardan berdiri dan menyusul adiknya.

Sementara Aurora duduk diam. Ia mendengar Ardan dan Alisha sedang berdebat. Ardan yang melarang Alisha bekerja di toko klontong tersebut. Alisha yang membalas Ardan jika Alisha akan bekerja untuk dirinya juga Aca. Biarlah Ardan mengurus Aurora saja.

Perasaan tidak diterima kehadirannya pernah ia rasakan dan itu sangat menyesakkan ...

"Ra, kamu gak usah dengerin Alisha, ya? Kayaknya dia lagi PMS makanya sensitif." Aurora tersentak, ia menatap Ardan yang menatapnya lembut. Ia menggeleng pelan seraya tersenyum.

"Gak pa-pa kok. Ayo kita makan. Ardan harus sarapan yang banyak biar gak laper pas kerja," ujar Aurora seraya menyendok nasi goreng ke piring Ardan juga mengambilkan telur ceplok.

Ardan menatap Aurora dengan kening mengkerut. "Lho bukannya tadi kamu ngelarang aku ..."

"Tadi aku cuma bercanda kok." Aurora menyela kini menatap Ardan dengan senyuman yang masih terpatri di bibirnya. "Ardan harus kerja biar bisa beliin aku es krim," lanjutnya.

CERPENWhere stories live. Discover now