CERPEN : KALEA

7.3K 469 86
                                    

Part 15
______

Peluh Kalea berjatuhan, bahkan rambutnya kini basah. Tubuhnya bergerak lincah menghindari serangan lawan. Sudah lama Kalea tidak melakukan ini, tapi ia tetap hebat di atas ring. Atau mungkin karena lawan yang tak sepadan.

"Stop!! Stop!! Gak sanggup gue!!" teriak El dengan nafas tersengal, posisinya menelungkup karena jatuh usai diberi hantaman dari Kalea.

"Cemen banget lo!" cibir Kalea. Ia merasa tak puas melakukan tinju dengan El.

El beringsut duduk seraya menepuk-nepuk dadanya. Ia menyengir saat Kalea mantapnya kesal, tapi Kalea memberinya air.

"Lo ada masalah apa sih? Kayaknya emosi banget pas mukul gue," ujar El. "Bukannya bokap lo udah mau cerai dari nyokap tiri lo itu?"

Kalea hanya diam, ia turun dari ring. Segera El mengikuti wanita itu hingga mereka duduk di bangku yang ada di sana. Diam mengamati pertunjukan tinju orang-orang di sekitar.

"Lo tau alasan kakak-kakak tiri lo benci sama lo?" meski Kalea bertanya pada El, tapi tatapannya tertuju ke depan.

El mengangkat satu alisnya. "Kayaknya gue pernah bilang deh. Mas Banyu benci sama gue karena gak mau harta warisannya dibagi. Sama adiknya aja dia ogah. Makanya Mas Arsen buka usaha sendiri." El diam sejenak. "Kalau Mas Arsen, ya karena bokap pilih kasih. Lebih sayang ke gue daripada dia. Padahal kan waktu itu dia udah gede. Gue yang masih kecil tentunya butuh kasih sayang." El beringsut, lebih dekat ke arah Kalea. "Mereka pilih kasih tau. Lebih sayang adik gue." El cemberut.

Kalea menatap El dan menoyor kepala El. Masih meragukan jika El berusia tiga puluh tahun, tapi sikapnya seperti anak kecil.

"Ya soalnya adik lo cewek, menggemaskan."

"Menggemaskan apaan? Kayak monster."

Kalea hanya memutar bola matanya malas.

"Serius. Kalau lo ketemu adik gue, lo pasti tarik kata-kata lo bilang dia menggemaskan. Waktu kecil aja dia gak gemesin, apalagi pas sekarang udah gede, kacau banget. Manjaaaa banget!"

"Lo pikir lo gak manja?"

"Enggak. Buktinya gue kerja keras jadi kacungnya Mas Banyu!" El membela diri.

Kalea hanya mendengus pelan. Ia pun beranjak untuk membersihkan diri juga mengganti bajunya. "Kalau ada Kalee suruh tunggu gue."

El hanya mengangguk karena ia fokus menonton tinju yang begitu sengit. Mengurungkan niatnya lebih dulu untuk membersihkan diri.

Tatapan El tertuju pada sosok yang memasuki tempat tersebut. Ia mengernyit.

Dan sosok itu menghampirinya. "Kalea mana?"

"Mandi," sahut El malas menjawab Zian. "Ngapain lo di sini?"

"Harusnya gue yang nanya, ngapain lo di sini? Lo buntutin Kalea mulu!"

"Enak aja nuduh-nuduh. Kalea ajak gue." El menyeringai menatap ekspresi masam Zian. "Lo mau tau kenapa Kalea gak ngajak lo?"

Ekspresi Zian berubah datar.

"Ya karena lo gak bisa ke tempat seperti ini. Lo masih bocil."

El tersentak saat kerahnya di cengkeram, Zian menatapnya tajam. "Gue bukan bocil," desis Zian.

El menghempaskan tangan Zian kemudian berdiri, berhadapan dengan Zian. "Cil, lo emosian juga, ya?" Ia tertawa. Apalagi saat Zian kembali mencengkeram kerah bajunya. "Jadi, lo beneran suka sama Kalea?"

"Iya!! Dan lo jauhin Kalea!"

"Kenapa lo nyuruh gue jauhin Kalea?" Ekspresi El berubah datar. "Emang lo siapanya Kalea? Cuma orang yang suka sama dia, kan? Kalau Kalea suka sama gue, lo bisa apa?"

CERPENWhere stories live. Discover now