01.Late Hero

4.6K 212 2
                                    

ANGKASA
DAN CERITA

-


"Kita lanjut besok aja lah. Otak gua udah butek baca buku sejarah dari tadi" celetuk seseorang kala tiap rentetan abjad didalam buku tebal itu sudah terasa sangat membosankan. Atau mungkin memang sudah membosankan sedari awal.

Keempat temannya yang lain, dengan masing-masing kesibukan mengerjakan bagian tugas kelompoknya pun ikut mengangguk setuju. Ini sudah sore, dan sudah seharusnya mereka pulang. Perpustakaan pun sepertinya akan tutup sebentar lagi.

"Ya udah lah, tugasnya tinggal dikit lagi kok. Bisa dilanjut besok" sahut seorang perempuan sembari menutup laptopnya. Mereka akhirnya berkemas dan sebagian mengembalikan buku yang mereka pinjam pada tempatnya.

"Na! Lo langsung pulang? " pertanyaan itu terdengar sesaat ketika mereka beriringan menuju parkiran. Dua orang paling belakang —Narthana dan Jevo— merupakan teman saat SD. Secara kebetulan mereka kembali bertemu di SMA dan menjadi teman sekelas.

"Yoi. Bapak negara pengen gua langsung pulang" jawab pemuda dengan panggilan akrab Nana itu. Sembari memainkan kunci motor, dia melirik Jevo yang mengangguk.

"Padahal gua mau ngajak lo ke cafe. Kakak gua katanya pengen ketemu sama lo" ujarnya. Jevo baru ingat tadi, bahwa kakak perempuannya menyuruh dia untuk mengajak Narthana ke cafe milik sang kakak. Kedua orang itu memang sudah cukup akrab, hingga tak jarang bertemu dan ngopi bareng. Salah satu kesamaan mereka yang sangat menyukai Americano.

"Duh, bilangin sorry deh ke kakak lo. Gua hari ini beneran gak bisa, tapi lain kali gua janji bakalan mampir" sesalnya.

Jevo mengangguk dan tersenyum tipis "Iya, nanti gua bilangin. Kalo gitu gua duluan deh, gua harus beli buku dulu. Takut keburu hujan" pemuda itu sedikit berlari menghampiri mobilnya setelah mendapat anggukan dari Narthana.

Ya, Jevo yang sangat rajin. Berbeda sekali dengan Narthana yang selalu ogah-ogahan bahkan hanya untuk memegang buku saja.

Dan kini, tinggallah Narthana bersama beberapa teman perempuannya yang sedang menunggu jemputan. Tak mau menghabiskan waktu lama, dia pun ikut pamit bersama si Merah, motor kesayangannya.

Kendaraan beroda dua itu mulai melaju dengan kecepatan rata-rata. Membelah jalanan kota yang nampak ramai. Waktu yang harus ditempuh untuk sampai di rumah itu tidak terlalu lama. Hanya 15 menit dia sudah sampai.

Ya seharusnya seperti itu, namun kendala yang dia temui saat di tengah jalan membuat dia sepertinya harus pulang lebih lambat.

Narthana menyipitkan mata bulatnya, menatap intens adegan kekerasan yang terjadi tepat beberapa meter di depannya.

Pengeroyokan. Narthana tak suka itu. Melihat seseorang yang kini tengah dipukuli dan ditendang habis-habisan oleh sekelompok orang, nyatanya tak membuat nyali Narthana ciut untuk menolong. Ya meskipun kemampuan bela dirinya tidak jago-jago amat, tapi setidaknya dia bisa membantu sehingga orang itu tidak akan terluka terlalu parah.

Sebelum turun tangan, dalam hati dia meminta ampun pada Allah bila mana dia akan tiada hari ini. Juga pada sang ayah yang mungkin saat ini sudah kesal karena menunggunya pulang di rumah.

Huft~

"Woy pengecut!" teriakan itu sontak mengundang atensi mereka semua, dan seketika itu mereka tersenyum sinis.

"Wih, pahlawan kesiangan baru dateng"

*

"Anak bandel itu, jam segini belum pulang. Udah dibilang jangan kelayapan dulu"

Angkasa dan CeritaWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu