40.Verdord

928 113 15
                                    

ANGKASA
DAN CERITA

-

Satu bulan berlalu dan tidak ada hal istimewa yang terjadi. Narthana pun baru saja menyelesaikan ujian kenaikan kelasnya dengan lancar selama satu minggu, bertepatan dengan berkurangnya jumlah siswa di kelas mereka tahun depan nanti.

Ya, karena ternyata Ghea tetap meneruskan untuk pindah, sesuai dengan ucapan kakeknya waktu itu. Hanya saja kemarin perempuan itu harus tinggal sedikit lebih lama sampai dia bisa menyelesaikan tahunnya di kelas 10. Selama itu juga tidak ada yang istimewa dengan hubungan keduanya. Bahkan hingga hari terakhir Ghea berada di Indonesia, mereka jadi semakin jauh. Untuk bertegur sapa saja mereka banyak sekali berpikir. Pada intinya, semua harus kembali ke awal. Setidaknya itulah proses mereka untuk saling melupakan satu sama lain.

Dihari libur sebelum pembagian rapot ini, Narthana lebih banyak menghabiskan waktu di kamar. Selain bermain ponsel dan game, kegiatannya juga diisi dengan mengobrol bersama Mou —kelomang yang sampai saat ini tidak dia berikan pada Ghea—. Hewan bercangkang itu telah menjadi pengisi aquarium kecil yang dia isi dengan pasir dan beberapa hiasan pantai. Dia menyimpannya di atas meja yang berada di samping kasur. Ya, setidaknya itulah kegiatannya untuk menghabiskan waktu libur.

Sena menghela napas di ambang pintu. Kedua tangannya dilipat di depan dada dengan kepala yang sesekali menggeleng melihat tingkah sang anak.

"Lo kalo poop gimana sih Mou?"

"Kok gua gak pernah liat tai lo di sana?"

"Apa lo kubur di dalam pasir? Kayak kucing gitu kali ya"

"Kira-kira hewan bercangkang kayak lo bisa kentut gak sih?"

"Gua penasaran gimana jenis-jenis lo bereproduksi"

"Kira-kira kepiting itu kakek lo atau sepupu lo sih?"

Dan banyak lagi ocehan tak berguna yang anak itu lontarkan. Sepertinya saat ujian kemarin otaknya sedikit korslet sampai sedikit stres seperti sekarang. Sena memang banyak melihat Narthana belajar dan membaca buku sebelum ujian. Bahkan tak seperti biasanya anak itu akan bangun pukul 3 dini hari untuk menghafal semua mata pelajaran hari itu. Apa mungkin karena belum terbiasa, otaknya menjadi eror sebentar?

"Kamu ngapain sih, Na? Ngomong kok sama hewan?" Tanya Sena pada akhirnya. Dia tak tahan lagi melihat tingkah aneh putranya yang semakin hari semakin menjadi. Kaki jenjangnya melangkah masuk dan duduk di samping tubuh Narthana yang sedikit tengkurap menghadap aquarium. Anak itu hanya menoleh sejenak sebelum kembali fokus menatap peliharaan barunya yang sedang berjalan-jalan kecil.

Sena menghela napas pelan. Tangannya kemudian menepuk-nepuk pundak Narthana pelan, "bangun. Jangan tidur tengkurap gitu. Gak bagus. Nanti dada kamu ke tekan" ujarnya yang langsung Narthana turuti. Dia bangun dan segera mengubah posisinya menjadi terlentang.

Sena menatap anak itu tak habis pikir. "Kamu kenapa sih, Na? Kayak gak punya semangat hidup aja"

Bibir Narthana melengkung ke bawah, "kalo tahu jatuh cinta itu sesakit ini, kayaknya dari awal aku gak mau deket-deket sama cewek" ujarnya dengan menatap langit-langit kamar.

"Ya ampun, belum habis-habisnya. Kalo itu emang buat hati kamu sakit, kenapa kamu inget-inget terus?"

"Ya habisnya setiap liat Mou, aku langsung keinget lagi"

Sena memutar bola matanya jengah. Dia menatap putranya prihatin. Cinta pertama memang terkadang tak seindah ekspektasi. Sena jadi kasihan.

"Bangun yuk, keluar. Di bawah bunda sama bang Damar lagi kumpul sambil nonton tv. Kita ke sana, sekalian buat habisin cookies coklat punya bunda. Ayo.."

Angkasa dan CeritaWhere stories live. Discover now