06.Damar

1.2K 96 1
                                    

ANGKASA
DAN CERITA

-

Damar Rayhan Dewanta, bukanlah sosok yang mudah ramah pada orang lain. Tatapan elang yang dia punya terkadang sudah membuat nyali siapapun ciut bahkan saat pertama kali menatapnya. Dan bahkan karena hal itu pula, banyak sekali orang-orang yang salah paham. Bukan sekali dua kali dia tiba-tiba dicegat oleh mereka yang menganggapnya musuh, menantang dia berkelahi hingga keroyokan.

Seperti yang terjadi baru-baru ini. Damar tak pernah menyangka bahwa dia akan bertemu kembali dengan laki-laki bodoh yang sempat menolongnya beberapa minggu lalu.

Tapi sebenarnya cukup percuma juga saat Narthana datang untuk menolong, bukannya membantu malah menambah beban dia saja.

"Woy anjir jangan dipukul bege! Gua belom siap"
Sebuah adegan konyol yang masih segar di ingatannya, adalah ketika bocah itu datang bak seorang pahlawan dengan balok kayu yang entah dia dapat dari mana. Berteriak dengan lantang menantang mereka yang berhasil menghajarnya.

Damar sempat bersyukur dalam hati karena seseorang datang dan menolongnya. Tapi ekspektasinya lenyap begitu dua orang itu berhasil menendang lengan Narthana sehingga balok kayu yang belum sempat digunakan itu terlempar cukup jauh. Belum apa-apa Narthana sudah hampir meringkuk karena lawannya yang jago bela diri.

Dan karena itu, lagi-lagi Damar harus lebih mengeluarkan tenaganya yang tersisa untuk membantu Narthana yang sudah kepayahan.

Dia berdecih pelan saat menyadari Narthana kembali bangkit dan ikut melawan. Meski skill bela diri yang anak itu gunakan cukup aneh, namun setidaknya itu bisa sedikit menolong hingga teman-temannya datang membawa bala bantuan.

Keduanya berakhir di klinik untuk diobati. Luka Narthana sih tidak seberapa, tapi teriakannya melebihi anak kecil yang takut di sunat.

"Payah" ujarnya dengan intonasi rendah, membuat Narthana menoleh dengan mata melotot.

"Hah? Gimana? Kuping gua ketutupan tai, jadi ngomong sekali lagi? " tanya Narthana tajam. Anak itu jelas tak terima disebut begitu. Meski nyatanya dia memang payah dalam hal bela diri, tapi setidaknya hargai dia karena niat menolongnya itu. Bahkan dia sampai rela luka-luka seperti ini untuk menolong Damar. Minimal ucapkan terimakasih begitu.

Tapi Damar berani bersumpah bahwa Narthana ini orang yang sangat aneh dan menyebalkan dimatanya saat ini. Dia tak perduli bahwa ucapannya tadi apakah menyakiti hati anak itu atau tidak. Karena yang pasti, Damar berharap semoga mereka tidak bertemu lagi dilain waktu.

Namun takdir terkadang lucu. Dia berharap seperti itu, tetapi Tuhan menginginkan mereka kembali bertemu bahkan sampai dipersatukan sebagai calon saudara tiri seperti ini. Damar sungguh tidak menyangka.

"Jadi nyokap lo mau nikah lagi, Dam? "

Pertanyaan yang membuat Damar sangat tak menyukai jawabannya saat ini. Dia menghela nafas, kemudian melempar jauh sebuah kerikil ke tengah-tengah danau. "Lo punya kuping, gak mungkin tuli kecuali lo mau gua anter ke THT"

Tian, teman dekat Damar itu tertawa kecil. Agaknya Damar terlihat sangat badmood hari ini. Tak biasanya dia melihat laki-laki itu banyak melamun seperti sekarang. "Lo masih belum siap, ya? "

Katakanlah Tian itu teman satu-satunya Damar yang paling tahu bagaimana lika-liku kehidupannya. Sejak keduanya bertemu di bangku sekolah dasar dan kemudian terus berteman hingga saat ini hampir menyelesaikan SMA, hanya Tian yang selalu ada untuk Damar dalam kondisi apapun. Jadi tak heran jika lelaki itu hampir mengetahui semua masalah yang terjadi pada sahabat karibnya itu, termasuk pasal ayah kandung Damar yang saat ini masih berada dalam penjara.

"Tanpa gua jawab lo pasti tahu, Yan"

Tian mengangguk kecil "Semua orang punya ketakutannya masing-masing, dan disini lo takut memiliki seorang ayah karena trauma dimasa lalu. Tapi Dam.. " dia menjeda kalimatnya beberapa saat "... Masa lalu gak boleh jadiin lo memandang semua orang sama. Gak semua ayah di dunia berlaku jahat sama anaknya. Cara mereka dalam mendidik itu berbeda-beda, dan cara mereka memperlakukan istrinya itu juga beda-beda. Ada yang lemah lembut dan terlalu baik, ada yang tegas tapi perhatian, dan ada juga yang tempramen sampai susah ngatur emosi."

"Lo juga bilang kan kalau calon ayah baru lo itu punya anak? Dan lo bilang kalo anaknya itu si bocah tengil yang dulu sempat bantu lo waktu dikeroyok. Sekarang, gua tanya ayah hebat mana yang bisa besarin anaknya sendirian kayak gitu? Mana anaknya ngeselin parah, pasti bokap nya sabar banget. Ya meski itu gak bisa menjamin, tapi lo inget gak gimana suara khawatirnya laki-laki itu saat nelepon anaknya hanya karena telat pulang? "

Damar terdiam. Otaknya mencoba memutar waktu pada saat itu, ketika Narthana yang tengah berisik karena terus mengaduh kesakitan tiba-tiba ditelepon berulang kali entah oleh siapa. Saat telepon tersambung Damar mendengar cukup jelas bagaimana teriakan Sena karena Narthana belum pulang, dan cerewetnya ayah satu anak itu hingga mengancam akan menjemput. Dari suaranya Damar tahu ada rasa khawatir dibalik teriakan itu, dan Damar tak pernah sekalipun mendapatkannya dari sang ayah kandung.

"Tapi kalo lo belum yakin, mending lo bicarain ini sama nyokap lo. Bilang sama beliau apa yang membuat lo belum siap punya ayah baru, gua yakin nyokap lo pasti ngerti"

Damar mengangguk pelan. Dia menoleh menatap Tian dari samping, tersenyum begitu samar "Thanks"
Dalam kondisi seperti ini yang selalu membuat Damar beruntung memiliki teman seperti Tian, meski terkadang lelaki itu bisa menjadi sangat menyebalkan di satu waktu.

"Yoi, tapi entar traktir gua mie ayam Mas kentung ya, jangan lupa es cendol sama martabak manisnya kalo bisa. Gua kalo makan harus seimbang soalnya"

Perlahan kurva yang membentuk senyuman itu surut. Damar melayangkan tatapan datar pada Tian yang hanya nyengir.

"Gua lapar, Dam. Habis pulang dari sekolah gua gak makan karena lo yang langsung ajak gua ke sini. Salah siapa coba? "

Tak mau menjawab, Damar memilih beranjak dan menghampiri motornya. Memasang helm di kepala dan naik ke atas jok. Namun merasa tak ada yang mengikuti, dia berbalik, menatap heran Tian yang masih diam. "Enggak jadi gua traktir, nih? " tanyanya cukup keras.

Raut sumringah seketika terpancar di wajah Tian. "Ya jadi lah! "

 "Ya jadi lah! "

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Meet Cast

(Tian Pradana)

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

(Tian Pradana)

"Oke google, siapa cowok tertampan se-bima sakti? Ya Tiar Pradana lah"

Angkasa dan CeritaWhere stories live. Discover now