35.Vriendschap

837 96 3
                                    

ANGKASA
DAN CERITA

-

"Sa?"

"Ha?" Sahut Harsa tanpa menoleh sedikitpun pada si pemanggil. Dia terus mencomot piscok milik pak Jo yang masih tersisa dalam kotak kardus kecil, sedang si pemilik sedang menghadap kepala sekolah karena di panggil.

"Muka lo..." Suara Narthana terdengar menggantung. Dia menilik wajah Harsa yang terdapat sedikit lebam pada bagian pipi. Narthana berspekulasi bahwa itu pasti ulah kakak Harsa lagi. Karena siapa lagi yang bisa berbuat seperti itu selain dia?

Harsa yang tersadar akan arah pembicaraan sang kawan pun langsung menghentikan kegiatan 'mari menghabiskan makanan pak Jo sebelum dia datang' dan beralih menatap Narthana.

Selain cowok itu, Jevo juga nampak penasaran pada alasan mengapa wajah mulus temannya itu bisa nampak keunguan pada bagian tulang pipi. Sehingga yang tadinya dia duduk santai di atas motor sambil berselancar di sosial media mulai mendekat ke arah Harsa dan Narthana yang duduk di pos satpam.

Hari sudah petang, sekolah sudah hampir kosong karena waktu pulang sudah berlalu sejak 30 menit yang lalu. Berhubung jemputannya belum datang, Narthana memutuskan untuk menunggu bersama kedua temannya —setelah dia paksa—.

Jadi disinilah mereka bertiga. Duduk di teras pos sambil ditemani suara merdu Happy Asmara dari radio tua yang terputar.

"Ah, ini?" Jemarinya menyentuh sedikit luka yang sudah terlihat samar. Semalam ibunya sudah mengolesi dia dengan salep setelah dibantu mengompres dengan es batu. Dia pikir ini sudah hilang, karena sedari tadi temannya tidak ada yang memancing obrolan perihal lebamnya ini.

Dia lantas tersenyum miring. Seketika mengingat alasan kenapa wajahnya menjadi babak belur. Dan seketika itu rasa kesal yang sudah dia pendam semalaman kembali naik ke permukaan. Apalagi saat membayangkan bagaimana wajah tangis ibunya setelah mendapat perlakuan kasar dari seseorang.

<<•Flashback

Kemarin, saat dirinya baru pulang dari minimarket untuk membeli snack, dia terkejut ketika melihat sebuah motor yang sangat familiar terparkir di depan garasi.

"Masih inget rumah dia?" Pikirnya.

Harsa tersenyum mencibir, "pasti lagi ada maunya"

Dia berjalan melewati motor sport berwarna merah menyala itu setelah menepuk joknya beberapa kali. Namun langkah santainya berubah menjadi panik ketika mendengar teriakan seseorang dari dalam rumah. Dia jelas tahu suara siapa itu.

"Mami!" Pekiknya. Dia sontak berlari ke hadapan sang ibu yang sudah tersungkur di depan meja sambil terisak pelan. Satu kresek makanan ringan miliknya terjatuh begitu saja di atas lantai.

Dengan spontan Harsa memeluk tubuh sang ibu yang bergetar, melindungi wanita itu dari pukulan yang hendak Zayn —kakaknya— layangkan kembali.

Harsa menatap tajam wajah dingin sang kakak yang menyorot ke arahnya. Dari tatapan mata itu, Harsa tahu bahwa Zayn sedang mabuk. Lantas dia membawa tubuh sang ibu untuk berdiri dan menghalanginya dengan tubuhnya. "Lo apa-apaan sih kak?! Udah gua bilang berkali-kali jangan pernah berbuat kasar sama Mami!" Sentaknya.

Zayn memutar bola matanya malas. Dia lantas menatap remeh sang adik yang nampak dengan berani berdiri didepannya. "Lo.. gak usah ikut campur! Ini urusan gua sama si jalang itu!!"

Bugh

Bugh

Dua kali bogeman mentah melayang dengan mulus ke arah Zayn hingga cowok itu tersungkur.

Angkasa dan CeritaWhere stories live. Discover now