32.Inure

1K 110 8
                                    

ANGKASA
DAN CERITA

-

Damar mengerutkan dahinya samar, berusaha abai pada kegaduhan di sekitarnya. Belum lagi perdebatan antara Tian dan Yudha semakin membuat dia tak tahan menahan kesal sedari tadi. Dan apa ini? Dua makhluk lain yang tadi sempat meminta izin untuk bergabung bersama mereka kini malah semakin meramaikan suasana.

Dia kesal, ingin menyumpal mulut 4 orang ini dengan kaus kakinya yang masih berada dalam sepatu di rak—belum sempat dia cuci selama satu minggu. Karena yang Damar ingin adalah dia bisa makan dengan tenang.

"Yaah, tapir! Tumpah kan minum gua"

"Ya makanya lo jangan mulai! Tau rasa kan!"

"Lo sih! Ah gua haus banget anjir"

"Ya ambil lagi aja sih, masih banyak juga"

"Lo ambilin lah"

"Lah kok gua sih?"

Damar tak kuasa untuk tidak mendelik. Dia sedikit menggeser duduknya untuk menjauhi dua manusia yang katanya kembar tidak identik dan jarang akur itu. Dan kemudian beralih menatap Harsa juga Jevo yang duduk di depannya, tengah saling berebut makanan hingga menimbulkan suara gaduh hingga cekikikan.

Sekelebat pikiran Damar merasa apa hanya dia manusia paling waras diantara mereka?

Tak mau membuang waktu lebih lama lagi untuk tetap berada diantara mereka berempat, Damar lantas meneruskan makannya, menghabiskan beberapa suap yang tersisa di dalam piring.

Bola matanya mengarahkan tatapan menelusuri halaman belakang yang kini diisi oleh keramaian tamu-tamu yang berdatangan. Tengah makan dan saling bercengkrama. Di tengah-tengah mereka, ada Sena yang bergabung dengan para bapak-bapak komplek, lalu nenek dan kakeknya nampak mengobrol bersama Amih Apih sambil sesekali tertawa. Dan sejauh itu, Damar tidak mendapati Alma berada di sana. Membuatnya mengernyit dan mengedarkan pandangan mencari sosok sang ibu.

Namun setelah beberapa saat matanya memandangi satu persatu orang di sana, sosok Alma pun muncul dari dalam rumah bersama dengan Narthana yang nampak dia gandeng, berjalan bersisian. Entah apa yang Alma bicarakan, namun wanita itu terlihat mengusap lengan Narthana beberapa saat sebelum menunjuk dirinya yang masih menatap mereka.

Narthana nampak tersenyum tipis dan mengangguk sebelum mengambil langkah mendekati gazebo yang masih rusuh.

Narthana nampak lebih segar dari yang Damar lihat tadi pagi ketika Sena membantu anak itu untuk berjalan ke kamar mandi mengambil wudhu. Damar melihatnya dari celah pintu kamar yang terbuka sedikit lebar. Bahkan Narthana kini sudah mengganti bajunya dengan kaos putih yang dibalut kemeja panjang —membiarkan semua kancingnya terbuka.

Kedatangan Narthana seketika membuat Harsa dan Jevo heboh—atau mungkin hanya Harsa—. Membuat Yudha dan Tian sontak mengalihkan perhatian mereka dan sama-sama menatap Narthana.

"Wih, Na! Kirain lo gak bakalan gabung" seru Harsa ketika temannya itu duduk di sampingnya.

Sedangkan Jevo hanya memandang Narthana seolah tengah memindai. Pasalnya dia masih ingat jelas bagaimana wajah pucat Narthana tadi meski kini sudah lebih baik.

Angkasa dan CeritaWhere stories live. Discover now