43.The Pain

908 88 1
                                    

ANGKASA
DAN CERITA

-

Jalan cerita seorang manusia itu selalu dipenuhi oleh teka-teki. Terkadang apa yang tak pernah kita sangka-sangka akan hadir tanpa aba-aba. Begitupun sebaliknya, terkadang sebanyak apapun kita meminta, Tuhan selalu menetapkan pilihan yang lebih baik dari yang kita inginkan. Begitulah hidup. Tuhan selalu memiliki banyak kejutan untuk para hambanya.

Seperti beberapa hari yang lalu, sebuah kejutan telah datang pada Narthana tepat setelah dirinya dipindahkan ke ruang rawat. Dia tak tahu sebenarnya berapa lama dia terkurung dalam kukungan ICU hingga dirinya menjadi yang terakhir mengetahui berita menggembirakan ini. Bahkan Amih dan Apih yang berada di Bandung pun telah mengetahui berita ini sejak awal. Meski begitu, Narthana begitu senang karena akhirnya keinginan dia sejak dulu kini terkabul.

"Kamu suka?" Tanya Alma seraya mengelus rambut Narthana dari samping. Senyumnya pun tak luntur sejak dia memberikan surat pernyataan rumah sakit itu pada sang anak. Melihat raut wajah yang kini penuh dengan binar bahagia itu membuat Alma ikut gembira. Karena sejak awal dia yakin ini pasti akan jadi kejutan yang membahagiakan bagi putra bungsunya itu.

Wajah pucat milik Narthana saat itu diisi dengan raut sumringah. Matanya yang berbinar lucu menatap sang ayah dan ibu bergantian. Seakan dirinya tak menyangka bahwa ini akhirnya bisa datang begitu cepat.

"Bunda serius?"

Alma mengangguk semangat. "Iya, bunda serius. Beberapa bulan lagi rumah kita akan lebih ramai oleh kehadiran satu anggota baru"

Narthana mengulum senyuman bahagianya setelah mendengar penuturan sang ibu. Segera dia peluk tubuh Alma dari samping seraya memekik tertahan, yang lantas di balas oleh Alma dengan tak kalah erat. Keduanya sama-sama menyunggingkan senyum.

"Selamat, bang Narthana" ujar Sena yang berdiri di samping kiri ranjang seraya mengacak pelan surai lembut milik sang anak. Dia ikut senang atas kebahagiaan dua orang tercintanya. Dan tentu, Sena menjadi salah satu orang yang ikut merasa bahagia oleh kejutan yang dibawa sang istri ke tengah keluarga mereka.

"Aku janji bakalan jadi kakak yang baik buat adikku nanti. Makasih buat hadiahnya bun, Pa..." ujarnya.

Dalam hati Narthana mengucapkan banyak kalimat syukur pada Tuhan. Karena untuk yang kesekian kali, Tuhan telah banyak mendengar dan mengabulkan do'anya.

°•°

"Bun, kira-kira adik bayinya perempuan atau laki-laki?"

Alma bergumam pelan dengan alis yang bertaut, seolah sedang berpikir akan pertanyaan yang putranya lontarkan. Di siang hari yang cerah ini, ruang rawat milik Narthana kini hanya diisi oleh sepasang ibu dan anak itu. Memang seharusnya ada Damar di sini, namun beberapa saat lalu laki-laki itu tiba-tiba pamit karena sudah ada janji dengan teman.

"Bunda gak tahu. Lagian kan usia kandungannya baru mau 2 bulan, belum keliatan jenis kelaminnya apa" jelas Alma seraya membuka lembaran majalah yang sedang dia baca. "Emang kenapa?"

Kepalanya yang sedang bersandar di bahu Alma bergerak untuk menggeleng kecil, "enggak papa, cuman pengen tahu aja. Terus kapan dong kira-kira supaya bisa tahu jenis kelamin bayinya apa?"

Mendengar keingintahuan sang anak, Alma pun lantas menutup buku majalah di tangannya. "Emm, kalo setahu bunda sih 4 atau 5 bulan usia kehamilan, jenis kelaminnya udah keliatan "

Narthana mengangguk-angguk pelan sebagai arti telah paham. Itu artinya dia harus menunggu 2 bulan lagi untuk mengetahui jenis kelamin calon adiknya itu.

Angkasa dan CeritaWhere stories live. Discover now