22.Cafe and them

807 84 1
                                    

ANGKASA
DAN CERITA

-

"Na.. "

Langkah lebar yang akan diambil oleh Narthana supaya bisa menyusul kedua temannya pulang harus terhenti saat Ghea tiba-tiba memanggil. Dia menoleh dengan kedua alis yang sedikit terangkat, isyarat akan pertanyaan ada apa?

Yang memanggil mulai berjalan mendekat dengan tas yang sudah tersampir di bahu. Dia mendongak untuk menatap Narthana dikarenakan tinggi keduanya yang berbeda. "Lo sekarang ada waktu? "

Narthana lantas bergumam pelan sambil menyentuh dagu. Dahinya berkerut seakan dia adalah orang sibuk yang sedang mengingat jadwal harian yang cukup padat. Kiranya ada waktu senggang. Tapi ini Narthana, yang sebagian banyak waktunya dihabiskan dengan berleha-leha dan melamun.

"Ada sih kayaknya" ucapnya kemudian, "kenapa? Lo mau ngajak gua jalan-jalan? Nge-date? Piknik? Oh atau jangan-jangan lo mau nyatain perasaan ya sama gua? " yang dia sambung dengan rentetan pertanyaan.

Ghea memasang wajah tak habis pikir. Kenapa dia harus?

"Kepedean! " ketusnya, "tugas kelompok kita belum dikerjain. Jadi selagi lo ada waktu, dan gua ada waktu kita kerjain sekarang" ujarnya.

Narthana sedikit melotot. Telapak tangannya menepuk pelan dahi yang sudah tertutupi poni. Mungkin jika nanti ada razia rambut, dia pasti akan jadi sasaran pak Anton. "Aduh! Gua baru inget lagi. Kemarin madam Yuyun nyuruh gua nyari kembang tujuh rupa, Ghe. Katanya buat makan kambing dia yang mau lahiran. Kalo gak gua laksanain, yang ada gua nanti di santet Ghe sama dia. Jadi lain kali aja ya"

Ghea berdecih dengan dua tangan yang terlipat di depan dada. Sudah dia duga. "Oh, ya udah gak papa. Lo nyari aja kembang tujuh rupa, tapi nama lo gua coret di makalah" katanya lalu berbalik untuk beranjak. Sudah terlalu malas mendengar alasan tak masuk akal dari Narthana. Jika tidak mau ya sudah, dia bisa kerjakan sendiri.

Happ

Narthana menahan lengan Ghea supaya perempuan itu berhenti. Dia nyengir, "bercanda.., iya-iya kita kerjain sekarang"

Ghea memasang raut datar membuat Narthana semakin menarik sudut bibirnya lebih lebar.

Hari ini sekolah dibubarkan lebih awal karena guru akan mengadakan rapat bersama para komite sekolah. Sehingga saat waktu baru menunjukkan pukul 12, para murid sudah pulang mengosongkan area sekolah.

"Lo mau naik motor sama gua? "

Sekarang ini keduanya sudah berada di parkiran motor, berdiri di depan si merah yang kemarin baru selesai di servis -lagi-.

"Gak ada pilihan lain lagi, kan" bahunya terangkat singkat. Dia mengalihkan pandangannya ke sembarang arah.

Sebenarnya jika saja supir yang biasa menjemput datang, maka Ghea juga tak akan bingung karena harus nebeng ke Narthana. Katanya mobil itu sempat mengalami kecelakaan kecil dan tidak bisa jalan. Sedangkan ingin memesan ojol, ponselnya kehabisan daya. Jadi pilihan terakhir adalah numpang di motor Narthana.

Laki-laki itu tersenyum kecil lalu mengambil helm yang baru dia beli beberapa hari kemarin. Entah untuk apa, padahal dia sudah memiliki helm sendiri. Mungkin karena feeling, dia merasa bahwa helm itu akan berguna suatu hari nanti.

Angkasa dan CeritaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang