52.Beslissing

998 85 7
                                    

ANGKASA
DAN CERITA

-


Narthana collapse dan di bawa ke ICU saat jam masih menunjukkan dini hari pukul 4. Keadaan ricuh saat dokter jaga dengan beberapa perawat berusaha menstabilkan keadaan Narthana yang tiba-tiba mengejang saat itu. Padahal sebelumnya Narthana tidak ada mengeluh apapun bahkan hingga anak itu terlelap tidur pada pukul 11. Dan pada akhirnya, Narthana terpaksa menjadi tahanan ICU lagi untuk yang kesekian kalinya karena penurunan kondisi dan kritis.

"Pak Sena, bu Alma, bisa ikut ke ruangan saya sebentar?" Tanya dokter Stellar pagi itu seusai memeriksa pasien kesayangannya yang masih lelap dalam tidur.

Dari helaan napas panjang dan ekspresi wajah yang ragu, Sena bisa langsung paham dengan maksud dari dokter muda itu membawa mereka kemari. Sebagai sesama dokter yang telah banyak menangani pasien, Sena sudah cukup paham pada beberapa ekspresi dari seorang dokter akan keadaan pasien mereka sendiri. Dan untuk yang satu ini, Sena yakin pasti bukan berita yang baik.

Secara perlahan dokter wanita itupun mulai menjelaskan secara rinci tentang keadaan Narthana saat ini. Terlebih tentang salah satu organ vital paling penting yang semakin hari malah semakin menunjukkan penurunan fungsi. Sekarang ini Narthana sendiri sudah bertunjang hidup pada alat-alat ciptaan manusia hanya supaya keadaannya tidak semakin memburuk. Namun pada intinya, Narthana harus segera mendapat transplantasi jantung agar kondisinya bisa segera memulih.

"....jika tidak segera dilakukan, melihat dari kondisinya saat ini saya tidak yakin Narthana bisa bertahan lebih dari 3 bulan"

Namun tak pernah Sena sangka bahwa vonis semacam itu menjadi bagian dari berita buruk yang tak ia harap. Terbiasa mendengar dan mengucapkan kalimat yang sama pada beberapa keluarga pasiennya, kini Sena ikut merasakan apa yang mereka rasa. Bagai dikejar waktu, Sena mulai ketakutan menunggu hari esok. Bahkan untuk tiap detik yang terus bergerak konstan, saat ini juga dia berharap waktu takkan pernah lagi bergerak dan membiarkan semuanya tetap seperti ini. Membiarkan Sena menikmati waktu bersama putranya lebih lama lagi bahkan hanya untuk saling menatap.

Tubuh itu perlahan meluruh di atas lantai yang dingin. Bersandar penuh pada pintu yang dia kunci, dan membiarkan keheningan menemaninya untuk saat ini. Ruang pribadi yang menjadi tempatnya banyak menghabiskan waktu seharian saat bekerja adalah tempat yang tepat untuk meluapkan segala emosi yang terpendam terlalu dalam. Menjadikan isak tangisnya beradu dengan detik jam yang tak pernah mau berhenti bergerak.

"Harapan papa sekarang apa?"

Sena bergumam sejenak dan berpikir. Malam yang dingin itu mereka habiskan untuk mengobrol dan memecah sunyi, berbicara pelan agar tidak mengganggu lelap cantik dari wanita yang sedang hamil di ranjang sebelah. "Kesembuhan kamu" katanya.

Mendengar itu Narthana lantas merenggut, "berarti harapannya buat aku dong?" Sena mengangguk ringan, "ya janganlah. Maksud aku harapan terbesar buat diri papa sendiri apa?" Anak itu berujar kekeh.

"Iya itu, harapan terbesar untuk diri papa sendiri adalah kesembuhan kamu. Karena asal kamu tahu..." Sena tersenyum dan mengambil tangan yang masih hangat itu untuk dia genggam, "bersama kamu adalah harapan di atas segala harapan papa sekarang ini. Jadi, sembuh ya? Kita ikhtiar dan berjuang sama-sama"

Lalu jika seperti ini, apa mungkin harapannya terwujud?

Sena menjatuhkan kepalanya di antara lipatan tangan yang bertumpu pada lutut. Terisak di sana tanpa ada siapapun yang perlu tahu titik rapuhnya. Membiarkan hati kecilnya berbicara pada Tuhan tentang apa yang menjadi ketakutannya sekarang.

Angkasa dan CeritaWhere stories live. Discover now