03.Sena Doctor

2.2K 153 3
                                    

ANGKASA
DAN CERITA

-

Pukul 9 selepas pelajaran pertama selesai, Narthana baru bisa masuk kedalam kelas. Hukuman yang dia kerjakan pun tak sepenuhnya beres. Badannya sungguh terasa lemas karena tak sempat sarapan tadi.

Jalannya gontai menghampiri meja paling belakang. Disana sudah ada Harsa, teman sebangku yang tengah cengar-cengir melihatnya datang. "Dihukum lagi bosque? "

Narthana memutar bola matanya malas. Dia tak menjawab, karena meski begitu anak itu pasti sudah tahu bahwa dirinya baru saja dihukum. "Berisik lo! "

Harsa tertawa pelan. Untungnya tadi dia masuk diam-diam kala anak lain sedang dimarahi karena terlambat. Dan untungnya lagi, kelas ternyata tak ada guru sehingga dia tak mendapat hukuman. Ya bisa dibilang bahwa dia juga terlambat namun selamat.

Narthana menelengkupkan wajahnya diantara lipatan tangan di atas meja. Kepalanya terasa pusing sejak bangun tidur tadi. Itulah mengapa dia kembali terlelap setelah sholat subuh, sekiranya bisa menghilangkan pening yang tiba-tiba mendera. Namun nyatanya sama saja.

"Kenapa tuh anak? Kok baru masuk dia? " suara lain terdengar, bersamaan dengan langkah kaki yang mendekat.

"Habis dihukum Bu Jeni" jawab Harsa singkat.

Jevo pun mengangguk sudah paham. Karena kebiasaan Narthana, dia sudah hapal. "Na, lo sakit? " tanya nya sembari menyeret sebuah kursi kemudian duduk berhadapan dengan Narthana. Tak biasanya anak itu lemas lesu begini. Sekalipun baru dihukum, energi anak itu tak pernah habis.

Narthana meringis kemudian mengangkat kepalanya "Lemes gua belom sarapan"

Jevo dan Harsa lantas mendengus kesal "Nyari penyakit banget sih lo Na. Udah tahu lo punya Maag, enteng banget ninggalin sarapan" omel Jevo secara spontan. Alisnya bahkan sampai berkerut tidak suka.

Yang diomeli hanya nyengir "Namanya juga kesiangan. Siapa juga yang sengaja gak sarapan" Kepalanya bertumpu pada meja, dengan bibir yang melengkung ke bawah.

"Ya udah mending sekarang ke kantin aja. Biar bisa isi perut. Kalo lo sampe pingsan kita semua yang repot" ujar Harsa sembari menarik lengan Narthana yang terkulai tanpa berperasaan.

"Bentar anjir, kepala gua pusing"

"Ya itu karena lo belum makan. Ayo buruan! " Harsa tetap menyeret lengan temannya itu, diikuti Jevo yang berjalan dibelakang.

Kantin pagi ini tidak terlalu ramai. Karena sebenarnya jam istirahat belum dimulai. Dasarnya saja mereka yang tak sabaran. Apalagi Harsa, si perut gentong yang gampang kosong.

"Lo tunggu disini, biar gua sama Jevo yang mesen" Harsa mendudukkan tubuh Narthana disalah satu meja paling pojok, tempat biasa mereka makan. Kemudian ngacir duluan ke stand makanan, meninggalkan Jevo yang berdecak kesal. Kalau soal makanan, mau ibu-ibu, bapak-bapak, atau bahkan presiden sekalipun tidak bisa menghalangi kecepatan Harsa.

Narthana menghela nafas. Dia bersandar sembari memijat perlahan pangkal hidungnya. Berharap rasa pusingnya berangsur hilang. Namun bahkan hingga kedua temannya datang dengan beberapa porsi makanan dan juga minuman, rasa pusing itu malah semakin menjadi.

"Nah, lo makan itu. Habisin, sama jangan lupa ganti ye uang gua" Harsa meniup kuah bakso yang sudah dia beri kecap dan saus, kemudian melahapnya dengan santai tanpa menyadari Jevo yang memandangnya jengah.

Narthana mengangguk saja. Dia menatap nasi goreng didepannya tanpa selera, kemudian memilih meminum teh hangat yang dipesankan Jevo.

"Makan! " ucap Jevo tanpa melirik. Remaja pemilik wajah berkharisma itu terus makan seolah tak mengatakan apa-apa.

Angkasa dan CeritaOnde histórias criam vida. Descubra agora