36.Night

946 114 18
                                    

ANGKASA
DAN CERITA

-

Sudah 3 minggu terlewat sejak pernikahan Alma dan Sena. Namun selama itu, keduanya tak pernah pergi berdua untuk honeymoon. Narthana bahkan pernah menyuruh ayahnya untuk mengajak sang ibu menginap di resort milik salah satu keluarga mereka yang berada di Bogor. Sekalian mengajak Alma liburan dan menghilangkan jenuh selama diam di rumah.

Sejak pernikahan mereka, Alma memang memutuskan untuk berhenti bekerja. Selain karena permintaan Sena, jam kerjanya yang dimulai dari jam 7 hingga jam 8 malam pun membuat dirinya pasti tidak memiliki waktu untuk melayani sang suami dan kedua anaknya. Dia ingin menjadi seorang istri dan ibu yang baik untuk membantu segala keperluan mereka.

Maka, setelah mengajukan cuti dan menyiapkan segalanya, Sena memutuskan untuk membawa Alma ke Bogor, tempat dimana mereka akan menghabiskan waktu berdua tanpa ada gangguan dari Damar maupun Narthana. Rencananya mereka akan menginap 2 hari dan pulang pada minggu malam.

Narthana menghela napas dalam posisi berbaringnya di atas sofa. Rumah terasa sepi tanpa ada Alma yang biasanya cerewet. Ini sudah hari sabtu dan sejak kemarin dia hanya berdua bersama Damar di rumah, membuatnya sangat kebosanan. Damar tidak asik, sulit untuk dia ajak bercanda dan mengobrol. Sok sibuk. Sehingga selain menonton tv dan memainkan ponsel, Narthana hanya bisa tiduran di atas kasur tanpa melakukan apapun.

"Makan."

Bola matanya bergerak menatap sosok Damar yang baru keluar dari dapur. Di kedua tangannya pun terdapat beberapa wadah berisi lauk yang sudah dia panaskan. Karena sebelum pulang tadi, bu Ratih sudah memasakkan makanan untuk kedua tuan mudanya supaya mereka tidak makan makanan instan —seperti pesan Alma sebelum pergi—. Sehingga Damar tidak perlu turun tangan untuk memasak menu makan malam kali ini.

Selama hanya tinggal berdua, meskipun tidak asik, tapi Damar selalu bersikap selayaknya kakak yang baik. Mengingatkan Narthana makan, minum obat, mengecek dirinya saat tidur, dan bahkan mengantar jemputnya ke sekolah. Meskipun dengan cara yang agak menyebalkan, tapi itu membuat Narthana akhirnya tahu bagaimana rasanya memiliki saudara.

"Sayurnya makan."

Mulut terbuka Narthana yang akan menggigit paha ayam terhenti saat Damar berkata demikian. Dia lalu menatap piringnya yang diisi nasi juga beberapa lauk kesukaannya, terkecuali sayur yang tidak berada di sana. Dia lalu mendengus, "iya iyaa"

Selama makan, keadaan hening selain hanya suara sendok dan piring yang beradu. Damar yang tak biasa berbicara di meja makan pun sama sekali tak berniat mengeluarkan suara. Lain halnya dengan Narthana yang sudah gatal ingin bertanya ini-itu. Tapi sekuat mungkin dia tahan agar mulutnya tidak mengeluarkan kata.

Setelah selesai, Narthana dengan inisiatif sendiri membantu Damar membereskan piring dan lauk yang masih tersisa. Menyimpan piring dan gelas kotor ke dalam wastafel.

"Gak usah, biar gua aja" cegah Damar kala dirinya akan menyalakan keran.

"Gak papa, sedikit ini" ujarnya lalu menuangkan sabun ke atas spons cuci piring. Meremasnya supaya mengeluarkan busa, lalu mulai mencuci semua alat makan mereka.

Tadinya, Narthana berniat masuk ke dalam kamar setelah tidak melihat keberadaan Damar di ruang televisi. Dia yang cukup parno pada hal tak kasat mata membuatnya tak berani dibawah sini sendirian.

Angkasa dan CeritaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang