15.Step Brother

1.2K 104 7
                                    

ANGKASA
DAN CERITA

-

Subuh pagi ini seperti biasa Sena akan berburu ke kamar Narthana untuk membangunkan anak itu. Dia sudah mengambil ancang-ancang sejak 40 menit sebelum adzan berkumandang, supaya ketika Narthana sulit dibangunkan, mereka tak akan telat pergi ke masjid. Dan benar saja, seperti kebiasaannya ketika dibangunkan, Narthana akan diam cukup lama untuk mengumpulkan nyawa. Belum lagi saat di kamar mandi. Entah anak itu bersemedi atau bertapa, yang jelas Sena sudah sangat jengkel karena menunggu lama.

Setelah melewati waktu yang cukup panjang, mereka berdua beserta Amih dan Apih pun bergegas menuju masjid. Bertepatan dengan adzan yang berkumandang, Sena lantas menarik Narthana yang masih merem-melek, agak linglung. Padahal tak biasanya anak itu seperti ini.

Setelah sholat subuh berjamaah, kegiatan pagi mereka diisi dengan berkumpul di ruang tengah sebelum sarapan dan bersiap melakukan aktivitas masing-masing. Secangkir kopi dan dua cangkir teh tersedia di atas meja, ditemani singkong yang sudah digoreng sebagai camilan. Oleh-oleh yang dibawa Amih dan Apih dari Bandung.

"Punya aku mana? " tanya Narthana kala dirinya baru bergabung bersama mereka.

"Kamu mau susu? "

"Jangan Bu, Nana kan alergi susu"

"Oh iya, ibu baru inget. Terus teh aja mau? "

Narthana menggeleng. Dia melirik kopi hitam milik Sena yang tampak menggiurkan di matanya. "Aku mau—"

"Jangan kopi. Kamu gak boleh terlalu sering minum kopi"

Narthana cemberut, "loh, kok gitu sih Pa? "

"Papa tahu ya kebiasaan kamu kalo minum kopi. Kopi hitam memang bagus buat tubuh kalo diminum sesekali, tapi kamu tiap ke dapur pasti selalu nyeduh," celoteh Sena yang tak dihiraukan sama sekali oleh sang anak, "sesuatu yang berlebihan itu gak baik Na, apalagi kalo kamu punya masalah sama lambung" lanjutnya.

Narthana ngedumel dalam hati. Padahal dia sudah lama tidak meminum kopi, dan ketika ada kesempatan Sena malah melarangnya.

Apih tertawa pelan. "Makan singkong gorengnya, Na. Bukannya kesukaan kamu itu? Apih sengaja loh sore-sore ke kebun buat cabut singkong sama ubi. Soalnya Apih keinget kamu waktu Papa mu minta kita ke Jakarta"

Narthana tersenyum lebar, "hehe, iya. Makasih Apih. Aku bakal makan semuanya"

Sena mendelik, "ya jangan semuanya lah. Papa juga mau"

"Dih, Apih bilang buat Nana, jadi Papa gak boleh minta"

Sena berdecih pelan, "dasar pelit! "

"Biarin. Nana pelit cuman sama Papa" dan kemudian pagi itu diisi dengan keributan sepasang ayah dan anak yang sedang memperebutkan singkong goreng. Amih lantas segera melerai, sedangkan Apih hanya tersenyum kecil menikmati tontonan seru di depannya.

**

"YA GUSTI OTAK GUE NGEBUL!" 

Harsa memekik keras saat Pak Agus telah melenggang keluar dari kelas dengan wajah berseri. Membawa setumpuk kertas ulangan matematika milik murid-muridnya yang tampak masih blang. Sepertinya guru itu sangat puas melihat anak-anak muridnya penuh kesengsaraan.

"Lo ngebul, gue udah kebakaran anjir. Liat soal mendadak kayak punya riwayat jantung gue" timpal Hanafi yang rambutnya sudah acak-acakan karena terlalu banyak menggaruk kepala. Efek matematika tiba-tiba membuatnya seperti kutuan.

Angkasa dan CeritaWhere stories live. Discover now