41.A Tale

844 90 3
                                    

ANGKASA
DAN CERITA

-

Kirani dan Sena, lahir dari dua latar belakang keluarga yang berbeda. Jika Kirani adalah seorang anak perempuan dari perwira TNI, maka Sena hanyalah anak beruntung dari seorang petani sederhana yang dengan usahanya memasukkan sang putra ke universitas kedokteran.

Hal itulah yang menjadikan hubungan keduanya banyak dihadang oleh berbagai masalah. Selain karena Kirani yang sudah dijodohkan dengan seorang tentara bawahan ayahnya, ibunya juga menentang keras pada hubungan mereka yang katanya tidak sepadan. Belum lagi banyaknya orang ketiga membuat hubungan keduanya selalu goyah.

Namun Sena adalah orang yang pantang menyerah. Dia bertekad untuk bisa mendapatkan Kirani dan memperistri gadis itu bagaimanapun rintangannya. Berkali-kali dia datang ke rumah Kirani yang berada di Semarang hanya untuk meminta restu. Namun seberapa banyak pun dia mencoba, nyatanya hanya cacian dan cemoohan yang dia dapat.

Berbeda dengan Ibu Kirani, di bulan ke 6 hubungan keduanya, ayah perempuan itu sempat mengajak Sena untuk bertemu. Dia mengajaknya berbincang santai —jauh sekali dari dugaan Sena sejak awal—. Bahkan pria paruh baya itu secara terang-terangan memberikan Sena restu untuk menikahi putri keduanya. Apalagi setelah melihat perjuangan dan cinta laki-laki itu untuk anaknya. Ayah Kirani merasa Sena adalah laki-laki yang layak dan tepat untuk bisa menjaga putrinya.

Dan pada akhirnya, dengan restu itu pula Sena mulai berani melamar dan menikahi Kirani tanpa kehadiran ibu dari gadis itu. Perempuan paruh baya itu menolak keras untuk datang sekalipun anak dan suaminya memaksa. Dan dengan kekuatan dari kedua orang tuanya dan ayah dari Kirani, Sena pun mampu mengusir perasaan ragunya dan mengucap ijab kabul dengan lancar.

Setelah pernikahan itu hubungan antara anak, ibu dan menantu itu tidak juga mendapat titik terang. Bahkan Kirani telah diusir, tidak diperkenankan untuk menginjakkan kakinya di rumah kedua orangtuanya. Sehingga dengan berbesar hati dia mengikuti suaminya pindah ke Jakarta setelah mengucapkan maaf dan terimakasih.

Mereka pun mencoba membuka lembaran baru dan hidup bahagia dalam kesederhanaan. Hingga saat Sena telah resmi bekerja di sebuah rumah sakit besar kehidupan mereka pun mulai merangkak naik. Keadaan ekonomi pun telah bisa mencukupi segala kebutuhan.

Namun sayangnya sampai di tahun ke dua, Kirani dan Sena tidak juga mendapat kabar baik mengenai kehamilan. Mungkin Tuhan belum bisa mempercayakan seorang anak pada mereka, sehingga Sena selalu mencoba menghibur perasaan sang istri saat perempuan itu sedih.

Dan pada akhirnya, tepat saat mereka akan merayakan hari jadi pernikahan, sebuah berita datang dan menjadi hadiah paling istimewa untuk keduanya. Kirani mengandung anak pertama mereka yang baru berusia 4 minggu di perut ibunya. Mereka bersuka cita dan mengadakan syukuran dengan membagikan makanan pada anak-anak jalanan.

Sebagai seorang anak, tentu Kirani mencoba memberikan kabar bahagia itu pada keluarganya di Semarang. Ayah tentu menerima itu dengan suka hati, dia bahkan mengucapkan selamat pada anak dan menantunya. Namun ketika berita itu sampai di telinga sang ibu, perempuan paruh baya itu malah tak acuh dan berkata bahwa dia tak akan perduli. Karena seperti katanya dulu, dia tak mau berurusan apapun lagi dengan putrinya itu sejak pernikahannya dengan Sena dilaksanakan.

Sehingga sampai kelahiran Narthana pun, ibunya hanya tahu dari sang suami bahwa putri mereka telah resmi menjadi seorang ibu.

Narthana Altherio Dirgantara,

—nama bayi mungil yang sejak awal hadirnya, selain memberi harapan yang sangat besar bagi Kirani, namun juga menjadi penyesalan yang paling dalam selama hidupnya.

Angkasa dan CeritaWhere stories live. Discover now