07.Rooftop

1.1K 101 1
                                    

ANGKASA
DAN CERITA

-

Jika ditanya apakah Narthana merindukan sosok seorang ibu? Maka saat itu juga dia akan menjawab dengan lantang bahwa dia sangat merindukan ibunya. Sosok malaikat tanpa sayap yang memiliki hati mulia, yang dengan sudi membuatnya terlahir untuk melihat keindahan semesta. Narthana selalu bersyukur karena Tuhan telah menciptakan dirinya dalam rahim seorang wanita yang berhati lembut. Meski hadirnya sempat menciptakan luka baru bagi sang ibu, tapi dia selalu mendapatkan kasih sayang yang tiada tara.

Selama 5 tahun bersama membuat Narthana mengerti bagaimana sosok nya yang begitu disukai banyak orang. Dan ia pun begitu, selalu dibuat kagum oleh setiap tindakan dan tutur kata yang penuh kelembutan.

Namun takdir terkadang bisa sangat menyebalkan. Dengan mudahnya Dia merenggut tawa dan bahagia dari sesosok anak kecil dalam sekejap mata. Padahal belum waktunya dia menghadapi kehilangan, tetapi dalam skenario miliknya dia harus mengalami kepahitan hidup di usia yang masih sangat kecil.

Bertahun-tahun dia mencoba mengukir kisah baru tanpa adanya sosok seorang ibu. Berusaha untuk terbiasa dan berdamai pada keadaan. Namun semua seakan terlalu sulit untuk dia lewati. Meski tawa dan senyumnya selalu hadir di setiap pagi hingga akhir hari, namun dia tak bisa membohongi hatinya sendiri bahwa dirinya rindu.

Dan sekarang, ketika Sena berusaha menambal sedikit lubang di hatinya dengan menghadirkan sosok ibu sambung, Narthana tahu bahwa ayahnya sudah sangat paham perihal keadaan hati miliknya yang tak pernah baik-baik saja. Sena bilang selama ini dia sangat menikmati perannya sebagai seorang ayah sekaligus ibu untuk Narthana, tetapi pria itu juga mengerti bahwa hal itu tak pernah merubah kekosongan yang masih terselip. Narthana jelas masih membutuhkan bimbingan dari seorang ibu. Membutuhkan kasih sayang dari seorang wanita yang dipanggilnya Mama. Maka dari itu Sena rela melakukan apapun untuk bisa mengisi kekosongan yang ada.

Jadi Narthana tak mungkin menggagalkan usaha keras ayahnya, kan?

"Jadi lo setuju? "

Narthana mengangguk menjawab pertanyaan temannya. Tanpa mau menoleh, pandangannya mengarah lurus ke depan, menatap jalanan yang terbentang luas namun begitu ramai dan padat. Tak lama terasa dua kali tepukan pada bahu membuatnya menoleh.

"Ini yang lo mau dari dulu kan? Kalau gitu lo harus percaya sama pilihan bokap lo. Beliau gak akan salah untuk memilih yang terbaik buat anaknya" ujar Jevo seraya melemparkan senyum tipis. Seolah magnet, Narthana tak bisa untuk tidak melakukan hal yang sama.

"Iya. Gua percaya kalau bokap gua gak akan asal-asalan milih calon istri. Sama kayak almarhumah nyokap gua, tante Alma pasti orang baik juga"

Jevo mengangguk mengiyakan. "Jadi lo bakal punya abang dong? "

Narthana seketika terkekeh pelan saat baru mengingatnya. "Iya, tapi dia kayaknya agak rese deh. Dari wajahnya aja udah nyebelin banget, serasa pengen di tabok kanan kiri" celetuknya.

"Emang se-tengil itu wajahnya? "

"Bukan tengil juga sih. Tapi percaya deh, lo kalo lihat dia pasti bawaannya pengen nahan emosi"

Jevo lantas tertawa mendengar celotehan temannya itu, "Ya bagus dong kalo gitu. Nahan emosi kan bisa dapat pahala, jadi lo sering-sering aja liat wajah calon abang lo itu, biar pahalanya banyak"

Narthana seketika mendengus sebal, "bukan kayak gitu maksudnya"

Angin siang itu terasa sejuk. Meski cuaca sedang panas-panasnya, namun bisa diimbangi oleh semilir angin yang sesekali berhembus menggerakkan dedaunan. Jadi meskipun kulitnya kepanasan, tapi Narthana tak merasa ingin berteduh sama sekali. Tapi siap saja jika nanti dia akan mendapati kulit putihnya yang menjadi belang.

Angkasa dan CeritaOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz