44.Breathe

851 79 0
                                    

ANGKASA
DAN CERITA

-


Sejak kepergian Kirani, Narthana hanya memiliki sebuah foto untuknya menyampaikan rindu. Foto yang selalu dia simpan di sebelah ranjang, berharap kala dia terbangun di pagi hari matanya akan langsung mendapati senyuman sang ibu.

Kehadiran Alma telah banyak memberi obat untuk kerinduannya pada Kirani. Sosok yang lembut dan penyayang sangat persis seperti sang mama yang dia kenal. Meski terkadang banyak hal yang membuat dia sangat berharap bahwa sosok ibunya masih bisa dia dekap.

Dan hari ini, sesosok wanita paruh baya kembali mengingatkannya pada sang ibu. Jika Narthana boleh menggambarkan, senyum dan sorot matanya persis sekali seperi Kirani. Ada banyak keteduhan yang dia tangkap lewat tatapan sayu. Membuat Narthana sedikit terdiam saat melihat wajah itu.

Namun ternyata Narthana lupa bahwa dunia ini banyak sekali menyimpan rahasia. Dia pikir, sebuah kebetulan mereka di pertemukan. Nyatanya garis takdir memang membawa mereka pada sebuah kesempatan.

Seumur hidup, Narthana tak pernah mengenal siapa keluarga Kirani. Yang dia tahu hanyalah sebuah cerita bahwa kakeknya adalah seorang perwira tentara, sedangkan neneknya merupakan wanita hebat yang mengurus 6 orang anak. Kirani hanya bercerita bahwa kedua orang tua yang dia sebut Eyang itu adalah orang-orang yang paling berjasa. Orang-orang yang banyak memberi pelajaran hidup juga sebuah cerita. Kirani bilang, bahwa dirinya pernah mendapat bagian terbaik bersama mereka.

Selebihnya Narthana tak tahu. Dia tak tahu masalah apa yang pernah terjadi antara mama papa dengan eyang. Mereka tak pernah mengatakan hal apapun lagi padanya tentang permasalahan serius mereka.

Setelah pertemuan tak terduga beberapa saat lalu, Narthana di jemput oleh Alma untuk kembali ke kamar. Meninggalkan sosok eyang bersama papa yang merasa paling terkejut. Setelah itu dia tak tahu mereka pergi kemana. Alma hanya bilang bahwa keduanya butuh waktu untuk bicara. Banyak hal yang belum sempat mereka selesaikan.

"Mama.."

Narthana lupa bahwa dirinya sering kali sensitif atas segala hal yang berhubungan dengan sang ibu. Dan lihatlah, dia kini sudah sangat merindukan wanita itu.

Narthana melamun dengan memandang langit dari jendela. Pikirannya tak fokus hingga suara pintu dan langkah kaki yang mendekat pun sama sekali tak menyadarkannya.

Damar mengernyit saat sang adik masih bergeming. Biasanya jika dia datang, anak itu akan langsung memalaknya untuk apapun terutama makanan. Bahkan setiap datang kemari, Damar mulai terbiasa membeli cemilan organik terlebih dahulu untuk oleh-oleh.

Dia berjalan pelan mendekati raga dengan pikiran yang sedang melayang di atas ranjang. Menelisik wajah itu dari samping, menangkap kemuraman dari sorot mata yang nampak kosong itu.

Tangan Damar dengan spontan terangkat untuk menyeka setetes air yang meluncur bebas di pipi mulus Narthana. Anak itu terperanjat kaget dibuatnya.

"Lo nangis.." ujar Damar ketika Narthana menatapnya dengan ekspresi terkejut.

"Hah? Enggak" Narthana lantas mengangkat tangannya untuk menyentuh pipi, dan dia tertegun oleh air mata yang lagi-lagi turun kala dia berkedip. Narthana tak sadar bahwa sedari tadi dirinya sedang menangis.

"Gua gak lagi nanya, btw.." kata Damar seraya mengangkat pelan dua bahunya. "Nih, oleh-oleh" lalu dia menyerahkan sebuah kantung kresek berlogo minimarket pada sang adik.

Narthana menerima dan langsung membukanya, terlihat beberapa snack yang biasa Damar belikan untuknya selama beberapa hari ini. "Oleh-oleh dari Hongkong" dia bergumam.

Angkasa dan CeritaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang