Part-03 Hadir

43K 3.7K 101
                                    

"Suaranya ku abaikan, hadirnya ku hindari. Lebih baik aku pergi menyelamatkan diri sendiri"

- Alana.A.W

-★☠★ -

Alana kini memasuki area sekolah. Banyak tatapan sinis tertuju kepadanya, mungkin karena postingan semalam. Alana benar-benar ingin melupakan hal itu, namun ada saja yang masih membicarakan.

"Halunya lancar banget ya bund. Sampe cowo orang dijadiin imajinasi, dengan menggunakan kata berkreasi!" sindir seorang siswi cantik yang ada di koridor, saat Alana melewati mereka.

Alana tahu siapa yang dibicarakannya, tentu saja dirinya. "Cowo orang? Emangnya Kak Gevan udah punya pacar?" batin Alana.

"Dih! Sok-sokan gak denger lagi. Najis banget mukanya sok polos,"

Alana mengangkat bahunya acuh. Ia tentu tak akan mau membuang-buang tenaga, demi meladeni sindiran kakak kelasnya.

"Kak Gevan aja gak marah tuh, kenapa mereka yang sewot?"

Alana kini berjalan tanpa mempedulikan cibiran dari fans fanatik Gevano. Gadis itu merasa tak bersalah, seharusnya mereka bangga dengan hasil karya Alana. Bukan malah menghujatnya terang-terangan.

Alana kini mematung di depan pintu kelas. Aura mencekam membuat Alana enggan memasuki ke dalam sana. Ia merasa aura kali ini berbeda dari yang kemarin.

"Ngapain sih ngalangin jalan?" ketus seseorang yang hendak memasuki kelas.

Alana segera menyingkir dari jalannya. Namun, ia tidak mau masuk ke dalam. Bahkan, kelas rapih dengan dinding bewarna putih abu itu terasa begitu horor baginya.

"Ngapain masih diluar? Masuk!" suruh Mega, salah satu mentor kelas Alana.

Alana masuk ke dalam kelas dengan terpaksa, karena bell sudah berbunyi. Alana menatap sekitar kelasnya. Gadis itu berada dalam mode waspada.

"Alana harus waspada kapan aja hantu bisa muncul," batin Alana.

Alana kini duduk di bangku ketiga jajaran ke dua. Ia duduk sendiri, karena Alan beda kelompok dengannya. Bukan hanya itu, anak perempuan di kelompoknya enggan berteman dengan Alana, terkesan mereka membenci Alana, bahkan mereka juga menghasut anak lelaki agar menjauhinya.

Alana tak ambil pusing, lagian Alana juga anaknya antisosial, sejak kecil Alana tak pernah bermain kecuali bersama keluarganya. Tak punya teman tak masalah bagi Alana, yang terpenting Alana masih mempunyai kakak yang sangat menyayanginya.

"Pagi semuanya," sapa Mega bersamaan dengan dua anggota OSIS lainnya.

"Pagi Kak!"

"Oke untuk hari ini, jadwal pertama adalah literasi, kalian semua bawa bukukan?"

"Bawa,"

"Setelah acara literasi istirahat terlebih dahulu, kemudian kita berkeliling sekolah. Mengenal tempat-tempat yang ada di sekolah ini, jadi kalian gak bakal tanya-tanya lagi toilet dimana? Perpus dimana?"

"Namun sebelum itu, kakak mau kalian nyanyiin yel-yel kelompok kita. Biar tambah semangat,"

Alana mengernyitkan keningnya heran, ia sama sekali tidak tahu menahu tentang yel-yel kelompoknya. "Kok Alana gak tahu?" pikir gadis itu.

Alana [END]Where stories live. Discover now