Part-59 Murahan

14.4K 1.6K 361
                                    

"Terlalu lelah mengingatkan, karena diingatkan pun tidak pernah didengar."

- Alan Alvaro Wibawa

-★☠★-

"Al! Kamu kenapa sih?" tanya Alana ketika keduanya sudah keluar dari Mall. Sungguh, Alana merasa sangat malu karena sepanjang jalan banyak orang yang memperhatikan dirinya diseret paksa oleh Alres.

"Lo yang kenapa?!" balas Alres membentaknya.

Alana mengerutkan keningnya heran, Alres yang sedang marah malah menyakiti perasaannya. Apa salahnya Alana hanya bertanya? "Kamu kenapa sih Al? Aku cuman tanya kamu kenapa? Masih marah gara-gara yang tadi? Itu cuma omongan anak kecil. Nggak usah kam-"

"Ada hubungan apa lo sama Gevano?" tanya Alres tajam yang memotong ucapan Alana.

"JAWAB GUE! LO ADA HUBUNGAN APA SAMA DIA?!!" bentak Alres membuat Alana tersentak kaget. Gadis itu menunduk takut, sembari meremas kaos yang dipakai menyalurkan rasa sakit yang menyiksa dadanya.

"GUE TANYA YA JAWAB!"

"A-al ... jangan gini. Tata takut,"

"Makanya jawab gue. Lo ada hubungan apa sama dia hm?"

Alana menggelengkan kepala, Gevano dan dirinya tak mempunyai hubungan apapun. Bahkan Alana sudah menolak tawaran Gevano kemarin. Mereka hanya kenal nama saja, tidak menjalin hubungan apapun meski sekedar berteman.

"Jawab. Bukan cuman geleng kepala." ketus Alres membuat Alana menaikkan dagunya. Air mata Alana sudah mengalir deras, membasahi pipi. Dengan suara bergetar Alana menjawab pertanyaan Alres, agar pacarnya tidak marah lagi. "T-ta ... ta, nggak punya hubungan sama kak Gevan." ucap Alana.

"Terus tadi apa? Pantes dari kemarin lo nggak bisa dihubungi, asik main di belakang sama dia, iya?!"

"Enggak Al."

Sorot mata Alres semakin menajam mengingat tanda di leher Alana. Tanda yang Alres buat sudah begitu lama, dan tentu pasti sudah hilang. Tapi saat ini tanda di leher Alana ada lagi, walaupun terlihat samar-samar. Dua hari yang lalu, Alres belum menemui Alana karena gadis itu masih marah kepadanya.

"Jujur sama gue siapa yang buat tanda di leher lo."

Gadis itu diam tanpa bisa menjawab. Jika Alana jujur kepada Alres, entah apa yang akan cowok itu lakukan, tapi jika tidak jujur, Alres akan melakukan hal yang lebih menakutkan.

Karena tidak mendapat jawaban dari Alana, Alres mencengkram dagunya, memaksa Alana untuk bersuara. Tapi gadis itu bungkam, dengan air mata yang mengalir semakin deras.

"Jawab gue Natasya."

"L-lep ... ashh-" Alana kesulitan berbicara karena tangan Alres menekan kedua pipinya.

"Jawab gue dulu,"

"Kak Gevan," ucap Alana jujur. Alres melepaskan cengkeraman dari dagunya. Cowok itu mundur beberapa langkah, menatap Alana dengan tatapan kecewa dan penuh amarah.

"Maafin Tata, t-tapi itu nggak senga-"

PLAK!

Alana [END]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora