Part-64 Bertemu Jordan

12.1K 1.5K 477
                                    

"Walau tersesat dalam rangkaian kata, tetap merangkak mengikuti alurnya.
Menyatu dengan luka dalam kisahnya.
Lo hebat Na,"

- Jordan Malvezeus

-★☠★-

Alana berjalan gontai memasuki rumah, kakinya membawa Alana menuju ke lantai dua, di mana kamarnya berada. Langkah demi langkah Alana lewati meskipun sulit. Sama seperti kehidupannya, Alana harus berjalan hingga ke puncak untuk mencapai tujuan.

Di pertengahan tangga, Alana berhenti ketika dadanya terasa sakit lagi. Getaran telepon membuat Alana mau tak mau menjawabnya.

Gadis itu menyandarkan tubuhnya di dinding belakang, mulai mendekatkan ponsel di telinganya. Jantungnya semakin berdebar kencang saat yang menghubungi Alana adalah seorang dokter yang baru saja ia temui.

"H-halo."

"Natasya, ini dengan saya Dokter Jovan."

"Iya Dok. Ada apa?"

"Ada kabar buruk. Ada kerusakan di jantung kamu. Besok, kamu harus datang ke rumah sakit untuk menjalankan beberapa tes. Saya harap, kamu sudah memberi tahu kedua orang kamu Natasya. Ini hal yang serius. Sebelum kami bertindak kami juga harus mendapatkan izin terlebih dahulu."

"I-iya, besok Tata ke rumah sakit."

"Jaga diri baik-baik. Jangan terlalu banyak memakan-makanan yang mengandung banyak garam, jangan melakukan hal yang berat dulu,"

"I-iya ...."

"Saya tahu kamu sedang tidak baik-baik saja. Dokter Diane mengatakan jika kamu punya penyakit-"

"Tata butuh istirahat. Terima kasih atas pengertiannya. Besok Tata datang ke rumah sakit."

Alana memotong ucapan Dokter Jovan dengan cepat, lalu memutuskan sambungan telepon mereka. Perlahan Alana mendudukkan diri di tangga, memeluk kakinya rapat-rapat. Dan menangis dalam diam.

Suara isakan terdengar begitu nyaring di dalam ruangan kosong ini. Begitu sepi, hanya ada dirinya sendiri. Alana meremas bagian dadanya. Jantung Alana terasa ditekan kuat, sehingga ia merasa begitu sesak.

"Nggak guna!"

"ARGHHH!!"

Alana menarik rambutnya sendiri dengan kasar. Tangisnya semakin meledak, Alana berteriak melampiaskan semua amarah.

Prang!

Gadis itu melempar ponselnya dengan kesal ke bawah tangga, hingga ponsel itu hancur berkeping-keping. Alana tidak peduli akan hal itu.

"K-kenapa Alana harus sakit? Apa nggak cukup masa depan Alana yang hilang? S-sakit ... d-dada Nana s-sakiithh ...."

Alana memukul-mukul dadanya sendiri berharap rasa sakit itu pergi. Gadis itu mencoba berdiri, melangkah turun dari tangga dan pergi dari rumah.

Hanya ada satu tempat tujuannya, tempat berkeluh kesah di saat dirinya gundah, yaitu bertemu dengan sang kakak, meskipun hanya melihat segunduk tanah.

Alana [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang