Part-76 Start

16.3K 1.1K 70
                                    

"Let's start the game."

- Alana Annatasya Wibawa

-★☠★-

Saat Gevano membuka mata, wajah polos Alana lah yang pertama kali ia lihat. Alana tampak kelelahan setelah olahraga malam yang mereka lakukan. Senyum Gevano mengembang saat mengingat betapa panasnya permainan mereka, bahkan dirinya sendiri sampai kalap hingga dini hari. Tubuh Alana benar-benar candu. Bahkan memikirkannya saja membuat bagian bawah Gevano terbangun. Dengan sengaja, Gevano menciumi wajah Alana, sehingga Alana terusik olehnya.

"Emh ... kak Gevan stop. Alana masih pengen tidur," ucap Alana tanpa membuka mata.

Gevano bangkit dari kasur kemudian pergi menuju ke kamar mandi, membiarkan Alana tertidur. Ia memaklumi hal itu, karena ulahnya sendiri yang membuat Alana kelelahan. Sebagai permintaan maaf, Gevano akan menyiapkan sarapan spesial.

Alana tertidur pulas di ranjang, tapi ia merasa tak tenang ketika seseorang di sebelahnya tidak ada. Ingin membuka mata, tapi Alana terlalu malas, sehingga ia memilih untuk tertidur kembali. Tubuhnya terasa begitu lemas saat Gevano menggempurnya sampai jam 3 pagi. Jika tidak Alana hentikan, mungkin Gevano akan bablas sampai esok hari. Bahkan Alana heran sendiri, Gevano seakan tak ada capek-capeknya melakukan kegiatan panas itu hingga beberapa ronde dengan bermacam gaya. Apa Gevano mempunyai kekuatan mistis?

Setelah selesai mandi, Gevano pergi menuju ke dapur untuk menyiapkan sarapan. Mendengar suara yang begitu ramai di dapur membuat Alana terbangun. Tapi gadis itu tak kunjung bangkit dari kasur. Bagian bawahnya terasa begitu perih, Alana terduduk, menyandarkan tubuhnya di kepala ranjang. Menutupi tubuh polosnya dengan selimut tebal.

Gevano kembali ke kamar, membawa sebuah nampan. Ia tersenyum ke arah Alana yang sudah terbangun, dengan langkah lebar ia mendekati gadis itu. Kemudian duduk di sampingnya. "Makan dulu," suruh Gevano.

Alana mengambil air putih, lalu meneguknya sedikit. Kemudian mengambil piring yang diberikan Gevano, aroma masakan yang begitu lezat memanjakan penciuman Alana. Mata gadis itu berbinar, dan dengan lahap memakan sarapannya.

Gevano ikut bahagia ketika wajah Alana kembali ceria. Dalam hatinya ia berdoa agar bisa seperti ini bersama dengan Alana sampai mati. Gevano berjanji kepada dirinya sendiri, akan menemani Alana sampai akhir hidupnya. Dan akan selalu membahagiakan Alana dengan caranya sendiri.

"Enak nggak?"

"Enak banget! Kak Gevan udah cocok jadi suami Alana," ucap gadis itu, membuat keduanya sama-sama tertawa.

Gevano telah menyelesaikan sarapannya, sedangkan Alana masih menikmati dengan mulut yang penuh. Gevano gemas sendiri melihat. "Makan yang banyak biar baby nya cepet tumbuh." ucap Gevano sembari menepuk bagian perut Alana.

Alana tersedak mendengar hal itu dari mulut Gevano. Wajahnya bersemu, begitu malu. Apa lagi jika Alana mengingat kembali apa yang terjadi semalam. Begitu panas dan menggairahkan. "Ka-kan baru semalem, emang bisa langsung jadi?" tanya Alana malu-malu.

Gevano terkekeh geli, kemudian mengangguk. Cowok itu merangkak ke atas tubuh Alana, memeluk Alana dengan erat. Karena merasa kesulitan, Gevano menyimpan piring Alana di nakas. Ia menenggelamkan wajahnya di perut Alana, menciumi perut Alana yang tertutupi selimut.

"Nggak sabar pengen punya baby." ucap Gevano.

Alana mengelus kepala Gevano penuh kasih sayang. Jujur saja, Alana juga menginginkan hal yang sama. Tapi ia hanya bisa berharap agar sperma Gevano berkembang di dalam rahimnya. Dengan begitu ia akan segera menikah dengan Gevano dan mempunyai keluarga kecil yang bahagia.

Alana [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang