Part-31 Peringkat 10

22.4K 2.1K 271
                                    

"Keberhasilan yang berujung petaka"

-Alana.A.W

-★☠★-

Hari ini Alana tampak begitu lelah, karena keterlambatannya kemarin membuat Ms.Renata terus-menerus menyuruh Alana memainkan biolanya, bahkan sampai malam.

Semua orang kini berbondong-bondong untuk melihat hasil tes kemarin di papan pengumuman. Karena penasaran, Alana pun mengesampingkan rasa kantuknya terlebih dahulu.

Mata Alana terbuka lebar saat namanya berada di posisi 10. Gadis itu cengo, tampak tak percaya. Namun sejurus kemudian rasa senang menyelimuti hati Alana.

"ALANA KESEPULUH! KAK ALAN ALANA KESEPULUH!!!" pekik Alana dengan girang kepada Alan yang ada di sebelahnya.

Alana begitu senang sampai meneteskan air mata. Kerja kerasnya saat ini terbayar dengan hasil yang cukup memuaskan. Jantung Alana berdebar kencang, dengan kesenangan yang membuncah.

Alan mengangguk, lalu tersenyum menanggapinya. "Iya. Kamu hebat Na." ucap Alana dengan senyum tulus.

"Akhirnya seminggu belajar gak sia-sia Kak! Oh iya, kak Alan peringkat berapa yah?" Mata Alana kini mencari nama Alan, dan nama Alan berada di paling atas membuatnya menganga.

"Wah! Kak Alan hebat. Kakak yang pertama dong." pekik Alana dengan heboh.

"Hm."

"Liat yang kedua namanya Leona. Poinnya sama kak Alan beda dua. Dia hebat." Alana berdecak kagum ada yang dapat menyamai kakaknya.

"Nya?! Lo kesebelas?!" tanya Vani dengan wajah syok.

Vanya mengerang kesal mendengar hal itu, kedua sahabatnya masuk sepuluh besar. Dan dirinya mendapat peringkat 11, lebih kesal lagi karena Alana berada di atasnya.

"Taruhan lo sama Alana gimana Nya? Lo jadi pindah dong?" tanya Vina dengan raut wajah cemas, namun dengan maksud mengompori keadaan.

Tanpa menjawab Vanya langsung menghampiri Alana. Dengan emosi yang tak terbendung lagi, Vanya mendorong tubuh Alana ke dinding mading.

Alana terkejut tiba-tiba saja Vanya mendorongnya. Ia meringis kecil saat punggungnya terasa sakit. Tatapan nyalang Alana berikan kepada gadis di hadapannya.

"Vanya kok dorong Alana sih?!"

"LO PUAS HAH?! LO PASTI CURANG KAN?!!" Tuduh Vanya. Nafas gadis itu memburu dengan amarah yang mulai meledak-ledak.

"Alana gak curang!" sentak Alana. Alana tidak terima saat Vanya menuduhnya yang tidak-tidak. Bahkan untuk mencapai nilai saat ini, Alana mati-matian belajar. Dengan seenaknya Vanya menuduh Alana menyontek, bahkan Alana mengerjakan soal sampai setres.

"KALO LO GAK CURANG LO GAK BAKAL MUNGKIN MASUK KE SEPULUH BESAR!! OTAK DANGKAL KAYA LO MANA MUNGKIN BISA!!" bentak Vanya frustasi.

Alana mendelikkan matanya tidak suka. "Harusnya Vanya bilang itu sama diri Vanya sendiri!" balas Alana.

Vanya mendelik sebal. "Harusnya yang masuk itu gue, bukan lo! Lo gak pantes ada di sana."

"Cih. Bahkan nilai Alana mengatakan bahwa Alana pantas ada di sana. Makanya Vanya gak usah sombong dulu sama Alana. Alana udah bilangkan kalo Alana gak bakal kalah. Sekarang liat sendiri hasilnya. Alana masuk kelas unggulan. Vanya harus keluar sekolah sama seperti janji Vanya."

Vanya semakin geram dibuatnya. Vanya hendak menampar Alana, namun tertahan saat Alan mencekal tangannya kuat-kuat.

"Berani lo sentuh adik gue? Abis lo sama gue!" ucap Alan memperingati Vanya. Pria itu menyoroti Vanya dengan tatapan tidak suka. Alan segera menyentak tangan Vanya dengan kasar, membuat gadisnya itu meringis kesakitan.

Alana [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang