Part-69 Rindu

12.2K 1.6K 256
                                    

"Ibu mengajariku segalanya, tapi lupa mengajariku bagaimana hidup tanpanya."

-★☠★-

Dalam sebuah ruangan yang dipenuhi buku, Azka termenung, memikirkan apa yang baru saja putranya ceritakan tentang Alana. Menyesal? Tentu. Kecewa? Sangat. Tapi semua telah terjadi, Azka tak bisa melakukan apa-apa lagi. Jika Ashilla di sini, mungkin Azka akan merasa lebih baik. Tapi, semua yang terjadi tak bisa ia sesali. Tak ada gunanya Azka menyesal. Kehormatan putrinya sudah diambil oleh putra dari calon istrinya. Entah langkah apa yang harus Azka ambil. Kembali pada Ashilla, atau tetap melanjutkan hubungan dengan Clarissa dan melupakan apa yang terjadi kepada putrinya?

Azka mengusap wajahnya dengan kasar, disusul helaan nafas berat. Kehidupannya semakin rumit saat tak ada penopang di hidupnya. Azka tahu, jika Alana butuh kasih sayang seorang ibu. Tapi, Azka cukup ragu jika menerima Clarissa. Terlebih, ada Alres yang membuat Alana takut.

Rasa trauma itu masih ada. Setelah gagal menjaga adiknya, kini Azka gagal menjaga putrinya. Azka menyadari ketakutan Alana, wanita mana saja akan merasa tertekan jika mengingat kejadian kelam itu.

Azka keluar dari perpustakaan yang menjadi tempat favorit Ashilla. Setiap inci di rumah ini, selalu ada sosoknya. Azka tak bisa melupakan mantan istrinya itu, meskipun sekarang ia mempunyai Clarissa.

Langkah demi langkah, Azka lewati menuju kamar putrinya. Ulang tahun yang mereka rayakan tak sesuai dengan harapannya, niat hati ia ingin membuat kejutan untuk Alana, semua malah berujung masalah. Terutama ketika semuanya terbongkar sehingga Azka tak bisa bernafas lega barang sedikitpun. Hatinya diselimuti rasa gundah.

Diam-diam, Alana menghapus air matanya. Mencoba melupakan masalah dengan belajar, tapi ia sama sekali tak bisa fokus menghafal soal. Pikirannya melayang-layang, membuat kepalanya terasa semakin berat.

"Mommy ...." lirih Alana.

Azka yang mendengar suara Alana seketika mematung di depan pintu. Hatinya teriris melihat Alana menangis diam-diam sembari melihat foto keluarga mereka. Keluarga yang sudah hancur dan tak sehangat dulu.

"Alana," panggil Azka dengan suara rendah.

Alana menghapus air matanya, kemudian tersenyum tipis saat daddy-nya datang. Setelah Alan menceritakan apa yang terjadi kepada Azka tadi, Alana tak sanggup untuk menemui Azka. Alana tahu, jika Azka kecewa padanya. Bahkan untuk menatap balik Azka pun, Alana masih takut.

"Daddy,"

"Sedang apa hm?" tanya Azka. Ia berjalan mendekati Alana, tetap tersenyum seolah tak terjadi apa-apa diantara mereka. Agar tidak ada kecanggungan di antara mereka, Azka mencoba biasa saja.

"A-alana lagi belajar daddy. Hari senin kan PTS."

Azka mengelus rambut Alana dengan lembut. Tahu, ia sangat tahu jika Alana tengah mengalihkan pikirannya dengan belajar. Tapi hal ini justru membuat keadaan semakin memburuk. Beban di pundak Alana pasti bertambah.

"Masih ada esok hari Na. Udah malem, kenapa nggak tidur?" Tanpa Azka duga, Alana memeluk erat perutnya. Suara isakan mulai terdengar, begitu menyayat hati Azka.

"A-alana ... ka-ngen mommy," ucap Alana dengan suara bergetar.

Azka mengelus punggung Alana. Sejak Ashilla pergi, Alana tak pernah sekalipun menanyakan Ashilla. Awalnya, Azka pikir karena ingatan Alana yang hilang, sehingga Azka tak terlalu mempedulikannya. Tapi saat ini, entah mengapa terasa begitu berat. Sejahat apapun Ashilla, ia adalah sosok ibu yang membesarkan Alana. Azka melupakan poin penting itu karena terlalu larut dalam kesedihannya, sehingga lupa jika Alana masih membutuhkan Ashilla.

Alana [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang