Part-26 Pertengkaran

26K 2.2K 360
                                    

"Yang semua anak takutkan adalah pertengkaran orangtua yang berakhir perpisahan."

- Alana Annatasya Wibawa

-★☠★-

Jam sudah menunjukkan pukul delapan malam, tapi Alana masih saja memainkan biola, mengulang nada yang sulit sekali ia taklukkan.

"Alana latihannya sudah cukup. Jangan memaksakan diri," ucap Renata.

"Tapi bagian ini, Alana belum bisa Ms." ujar Alana dengan tatapan sendu.

Alana tipe orang yang teguh pendirian. Jika ia gagal maka akan Alana coba sampai ia berhasil. Tapi sayang, gadis itu terlalu memaksakan diri.

"Besok lagi yah? Mommy kamu udah telfonin saya dari tadi, dia khawatir sama kamu. Sekarang kamu pulang, Pak Yanto juga udah di parkiran."

Dengan terpaksa Alana mengangguk. Alana begitu lelah, mungkin karena hal ini jadi kurang fokus. Bagaimana tidak lelah? Di hari libur ini, pagi sampai siang Alana belajar dengan Ashilla, sedangkan dari sore sampai malam Alana tak henti main biola. Bahkan istirahat pun hanya untuk minum, dan meregangkan otot tangannya.

Semua juga salah Alana. Jika saja kemarin Alana tidak bolos les bersama dengan Gevano, Alana tidak akan latihan hari ini. Tapi tidak ada gunanya Alana menyesal, semua sudah terjadi.

Alana berpamitan kepada Renata. Lalu pergi keluar gedung yang sudah kosong karena kelas musik sudah bubar dari jam lima sore.

Jalanan begitu sepi dan sunyi. Angin berhembus pelan membelai pipi. Suara jangkrik meramaikan malam ini, dengan sinar bulan yang menerangi setiap langkah gadis itu sendiri.

"Pak Yanto udah nunggu lama?" tanya Alana ketika sudah memasuki mobil.

"Enggak kok Non. Pak Yanto baru aja sampe."

Alana mengangguk singkat lalu menyenderkan tubuhnya di kursi mobil, menghirup nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya kembali.

Setelah sampai rumah Alana segera mandi, membersihkan diri. Setelah itu menghampiri sang daddy yang sedang menunggu makan malam.

"Anak daddy kayanya kecapean," ucap Azka, saat Alana duduk di sebelah Azka lalu menyenderkan kepalanya.

"Alana masih belum bisa kuasain nadanya daddy," rengek Alana.

"Kan masih bisa belajar besok. Jangan terlalu memaksakan diri sayang,"

"T-tapi kalo kaya gini Alana gak bisa kalahin Kenzo."

"Alana, menang atau kalah pun daddy gak masalah. Yang penting kamu sudah berusaha semaksimal mungkin. Untuk hasil serahin semuanya kepada yang diatas,"

"Alana takut nanti hasilnya gak sesuai sama yang Alana harapkan," ucap Alana sembari menunduk.

"Salah siapa kemarin bolos? Kalo gak bolos pasti Alana udah bisa. Jangan buang-buang waktu dengan hal yang sia-sia sayang," Suara Ashilla terdengar saat ia datang membawa semangkuk ayam di tangan.

"Ashilla." tegur Azka.

Ashilla mengangkat sebelah alisnya. "Apa? Aku salah?" tanya Ashilla dengan wajah tak berdosa.

Azka sudah tahu jika Alana bolos latihan kemarin. Tapi alasan itu karena Alana pusing, dan akhirnya tertidur di rumah sang ke kasih.

"Kemarin Alana sakit Shill. Gak latihan bukan kemauan Alana kan?" tanya Azka yang berpihak kepada Alana.

Alana mengangguk sembari tersenyum tipis. "Alana pusing daddy. Setiap pulang sekolah Alana disuruh belajar sama mommy biar Alana kaya kak Alan bisa masuk kelas unggulan."

Alana [END]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon