Part-75 I'm your's

22.6K 1.4K 77
                                    

Hai!

Siap menuju ending?

Sebelum itu, Zi mau ucapin banyak terima kasih buat kalian yang udah baca dan kasih dukungan lewat vote dan komen.

Meskipun beberapa kali sempat pengen nyerah dan males buat lanjut cerita Alana. Tapi karena kalian lah Zi bisa tamatin cerita ini dalam kurun waktu 5 bulan.

Cerita Alana dipublish pertama kali pada tanggal 21 November 2021, pada hari ini tepatnya tanggal 19 Maret 2022, Zi putusin buat ending hari ini juga.

Nggak nyangka sih udah mau tamat lagi. Sejak pandemi Zi udah buat kisaran 3 cerita yang tamat. Jangan lupa mampir di cerita lainnya.

Malam ini, kita akhiri penderitaan Alana. Satu langkah menuju tak
terbatas dan melampauinya. Candaa.

Tarik nafas dulu ....
Tahan ....
Hembuskan ....

Bacanya pelan-pelan aja ya bestie. Aku up sampai tamat kok. Nggak gantung, baik kan aku?

JANGAN SKIP!!!

Happy reading <3

|| A L A N A ||

"Malam ini begitu indah, bersama mu kita melebur menjadi satu."

- Alana Annatasya Wibawa

-★☠★-

⚠️ Warning ++

Hari sudah malam, Gevano membawa Alana ke apartemennya. Karena jaraknya yang tak begitu jauh dibandingkan rumah Alana. Alana hanya mengikuti Gevano, mau tinggal di mana saja, asalkan bersama dengan Gevano, Alana mau -mau saja. Di mana ada Gevano di situ harus ada Alana. Keduanya kini duduk di sofa, mengistirahatkan tubuh sejenak. Alana menatap Gevano yang kelihatannya sedang banyak pikiran. Dengan inisiatif, Alana memijat lengan cowok itu, membuat Gevano refleks menoleh ke arahnya.

Gevano tersenyum hangat, kemudian menarik Alana agar duduk di pangkuannya. Dengan berhati-hati, Alana duduk di paha Gevano, menghadap wajah tunangannya itu. Alana membelai wajah Gevano dengan lembut, sedangkan Gevano menikmati perlakuan Alana, ia memejamkan mata. Namun, matanya kembali terbuka mendengar ajakan Alana yang begitu ambigu menurutnya.

"Ayo kita mandi,"

"Hm?"

"Mandi. Dengan mandi kak Gevan bisa rileks."

"O-oh gitu."

Alana tersenyum nakal kemudian mengalungkan tangan di leher Gevano. Ia tahu persis apa yang sedang dipikirkan oleh tunangannya itu. "Kak Gevan berharap kita mandi bareng?" Telinga Gevano memanas, ia memalingkan wajah ke arah lain. Alana yang melihat itu terkekeh geli, dengan gemas Alana mencium pipi kanan Gevano. "Ayo," ajaknya.

"Nggak usah bercanda Na, nanti gue khilaf. Kita belum nikah asal lo tahu."

"Yaudah kalo nggak mau."

Alana turun dari pangkuan Gevano, pergi ke kamar cowok itu seakan-akan kamarnya sendiri. Karena sering tidur di apartemen Gevano, gadis itu dengan mudah keluar masuk, bahkan ada beberapa baju yang Alana tinggalkan di lemari. Tentu itu semua atas izin dari Gevano. Gevano tak keberatan sama sekali, ia justru senang tinggal bersama dengan Alana. Seakan, memang mereka sudah bersuami istri.

Alana [END]Where stories live. Discover now